Turning 28 : Come Back Stronger

Gambar oleh spemone dari Pexels

Kenapa tulisan refleksi ulang tahun baru keluar di akhir Agustus, padahal biasanya di awal? Well, karena di awal bulan ini aku sibuk mempersiapkan sidang akhir untuk menentukan kelayakanku sebagai seorang psikolog. Bagi pembaca lama, tentu sudah tahu kalau aku lagi menempuh kuliah Magister Profesi Psikologi dan sering berkeluh-kesah tentang persoalan kuliah di sini, ya. :D

Now the wait is over and I am now (unofficially) a psychologist! Yey, how exciting that is hehe. Kenapa unofficial? Soalnya surat izin praktiknya belum keluar, guys. So legally, I'm not a psychologist yet.

Oke, move on yuk ke topik sesungguhnya postingan ini. 

Seperti yang sudah bisa kalian duga melalui judul postingan, yep, ini adalah refleksi tahunan yang kulakukan untuk melihat kembali pelajaran yang kulalui selama satu tahun terakhir. Dan ini juga sekaligus menjadi sebuah reminder tentang hal-hal apa saja yang masih kurang kulakukan di tahun sebelumnya (atau sudah cukup baik kulakukan) untuk mempersiapkan tahun selanjutnya. 

For the record, aku sudah membuat tulisan sejenis sejak ulang tahunku yang ke-23! What a journey! Kalau membaca-baca ulang tulisan-tulisanku di tahun sebelumnya, aku bisa melihat progress yang kulalui, masalah-masalah yang berhasil (atau belum) kulalui dari tahun ke tahun. Kalau kalian lagi gabut dan kepo soal tulisan refleksi ulang tahunku, bisa dicari dengan kata kunci "Turning [usia]" tergantung kalian lagi mau baca refleksi tahun berapa, hehe.

Okay, too much talking in the opening. Sekarang aku mau merangkum beberapa poin yang menjadi highlight utama di satu tahun terakhir dari hidupku.

Pertama, kalau ada satu tagline yang bisa merepresentasikan satu tahun terakhir hidupku, itu come back stronger. Nggak tau lah ya. Aku merasa beberapa tahun terakhir ini menjadi tahun terberat dalam hidupku, tapi khususnya satu tahun terakhir. Ada berbagai zona nyaman yang kutinggalkan, juga tentunya perubahan-perubahan yang memaksaku untuk beradaptasi lagi. Aku yang sebelumnya merasa cengeng banget menghadapi masalah ini, di usia yang ada saat ini jadi lebih "yaudah, jalanin aja hari demi hari." Just live in the moment. 

Dan tantangan-tantangan yang kualami ini muncul dari berbagai aspek dari kehidupanku, entah itu dari aspek pendidikanku, keluargaku, relasi romantis, aspek diri sendiri dan sebagainya. Aspek diri sendiri tuh maksudnya gimana? Iya, ini tentang pengelolaan ketidakstabilan emosiku, kecemasanku, rasa insecure, dan lain-lain. Maaf ya, mungkin buat yang baca merasa bingung, tapi untuk persoalannya sendiri terlalu personal untuk dibahas. Aku cuma mau menggambarkan secara general aja tentang apa yang kulalui di satu tahun terakhir ini.

Untungnya, puji Tuhan, aku bisa melaluinya dengan cukup baik, dengan bantuan berbagai self-therapy (nulis, olahraga, meditasi, berdoa, dll) dan beberapa sesi konseling yang kujalani. Dan aku sendiri jadi sadar kalau aku yang bisa menanggung semua persoalan ini adalah orang yang sebenarnya bermental kuat. Especially di tahun ini, aku merasa jauh lebih kuat lagi. Bukan kuat angkat beban atau menghajar seseorang sampai masuk rumah sakit, ya. Tapi lebih kayak, kuat untuk menanggung banyak hal.

Menjadi kuat bukan tentang seberapa sering aku bisa nahan untuk nggak nangis, atau tentang seberapa mampu aku untuk menangani persoalan tanpa orang lain, atau tentang seberapa mandirinya aku mengelola emosiku tanpa bantuan psikolog. Bukan, bukan semua itu. Tapi tentang keinginan menyadari bahwa aku butuh bantuan and reach out for that. 

Kedua, salah satu hal yang kupelajari adalah bahwa ketika kita melakukan sesuatu ke orang lain, lakukanlah untuk dirimu sendiri juga. Misalnya, ketika kita membantu rekan kerja kita yang kewalahan menyelesaikan pekerjaannya, lakukan itu bukan karena ingin mendapatkan terima kasih dari rekanmu, atau ingin mendapatkan pengakuan. Tapi lakukan itu karena kamu ingin memperlakukan orang lain dengan baik, atau karena kamu ingin mengembangkan kemampuan dirimu sendiri. Contoh lainnya, ketika kamu ngasih uang jajan ke saudaramu, lakukanlah karena kamu mau menjadi saudara yang bertanggung jawab, bukan karena mau dianggap bertanggung jawab oleh orang tersebut. Supaya apa? Supaya kalau dia ternyata nggak puas dengan nominal yang kita kasih atau merasa bahwa nominal tersebut sangat kecil dan nggak menganggapmu memberinya apa pun, kamu nggak akan kecewa.

Intinya, tempatkan alasan melakukan sesuatu ke orang lain itu sebagai alasan dari dalam dirimu, bukan dari luar atau orang lain tersebut. Ini adalah mindset shifting yang kualami dalam beberapa bulan terakhir. Dan ini sangat membantuku untuk lepas dari rasa kecewa saat orang lain tidak bisa mengapresiasi apa yang kulakukan / kuberikan padanya. Like, whatever I don't care what you think. Yang penting I've done my part and I'm proud of it.

Karena memang benarlah kata pepatah, kita nggak akan bisa senangkan semua orang. Jadi dibawa happy dan senangkan (apresiasi) diri sendiri saja, wkwkwk. 

Well I guess that's all. Poinnya nggak banyak tapi ini dua hal yang cukup eye-opening bagiku dan akan menjadi bekalku menjalani satu tahun berikutnya. Semoga bisa membuat kalian mendapatkan insight masing-masing juga, ya. 

Kalau gitu, sampai jumpa di birthday reflection tahun ke-29! :))

Comments

Popular Posts