[KF Challenge Day 2] Hal-Hal yang Membuatku Histeris

Gambar diambil dari sini.

Hari ini temanya tentang hal yang menyebabkan histeris. Jujur saja temanya agak kurang menarik buatku. Kukatakan kurang menarik karena memang tidak banyak yang bisa dibahas tentang aku dan histeris. Lebih tepatnya, kami hampir tidak pernah berada dalam satu kalimat yang sama.

Setelah kupikir-pikir, aku memang minim ekspresi. Aku jarang menunjukkannya secara langsung. Biasanya hanya lewat menulis. Dan kalaupun sekali-kalinya aku bersikap ekspresif, itu hanya kulakukan di depan orang-orang terdekat. 

Malah terkadang, pada situasi-situasi di mana manusia normal pada umumnya secara refleks akan berekspresi, aku malah terlihat datar-datar saja.

Misalnya ketika beberapa waktu lalu, ibuku kelupaan mematikan kompor saat memasak sampai akhirnya kami mendapati api kompornya sudah merembet hingga ke atas wajan dengan nyala yang besar sekali. Aku shocked. Tentu saja. Siapa juga yang tidak shocked melihat api membubung tinggi begitu di dapurnya. Adikku histeris. Aku panik tapi tidak berkata sepatah pun, justru mencari bala bantuan untuk memadamkan api.

Atau saat aku tiba-tiba menemukan sesosok hantu berbaju putih dan berambut panjang ketika tengah menjalani jurit malam kegiatan Ekstrakurikuker Paskibra di vila yang amat mencekam, yang belakangan kuketahui sebagai kakak seniorku yang sedang menyamar. Seingatku, reaksiku saat itu hanya tercekat, lalu berusaha menghindari si hantu kurang ajar yang sudah mengejutkanku setengah mati. Tapi hanya itu. Peserta lain menjerit-jerit histeris. Teriakannya kurasa bisa sampai ke vila sebelah. Giliranku justru malah hening-hening saja.

Kelihatannya memang aneh ya. Tapi kan bukan salahku kalau aku tidak pernah histeris akan apa pun di dunia ini.

Eh, tapi tunggu.

Sepertinya pernah.

Kalau kuingat lagi, dulu aku pernah histeris sekali-dua kali.

Pertama saat aku sedang membela anjingku yang digigit-gigit dan dianiaya oleh anjing tetangga. Aku histeris karena anjingku sudah seperti saudara sendiri. Jadi paham kan betapa pentingnya dia untukku?

Kedua saat dimarah-marahi dan dibentak-bentak seniorku. Tidak tahan dibentak berjam-jam begitu, aku langsung membentak balik sambil histeris.

Ketiga saat aku bermain di taman ria. Untuk yang satu ini, aku tidak ada pilihan. Kalau tidak teriak-teriak aku bisa stressed sendiri nanti. Bayangkan dong kalau harus naik roller coaster, atau kora-kora, tanpa berteriak. Diam dan datar saja sepanjang permainan. Aku hanya melihat Mr. Bean yang mampu melakukan itu. :p

Well, ternyata sekali-sekali aku bisa juga berekspresi layaknya manusia normal.