Surat Terbuka untuk Sahabat

Gambar diambil dari sini.
 
Aku percaya mujizat. Dunia ini penuh dengan hal-hal ajaib yang takkan bisa dibayangkan manusia sebelumnya. Tapi mujizat bukan sesuatu yang bisa kita dapatkan for granted. Ada pula hal-hal yang tidak kuinginkan terjadi, tapi meski sudah menggerakkan langit dan bumi pun, pasti akan tetap terjadi. Sebagaimana adanya. Sesuai skenario Sang Pencipta. Perpisahan denganmu, misalnya.

Dan sebesar-besarnya perasaan bahagia yang kumiliki karena kamu pergi untuk sesuatu yang lebih baik, tidaklah sebesar lubang besar menyesakkan yang tertinggal. Kurasa sisi egoisku muncul dalam bentuk semacam ini. Dan aku bukan salah satunya. Lihatlah duka yang telah kamu ciptakan pada kami. Ketahuilah, sesignifikan inilah dampak yang kamu timbulkan atas aku dan teman-teman di sini.

Ada tiga hal yang biasanya kulakukan untuk mengatasi kesedihan. Menulis, berdoa dan menangis. Aku perlu menulis untuk menuangkan isi pikiranku yang terlalu banyak, supaya aku tetap waras. Setelah itu aku memerlukan ketenangan batin yang hanya bisa kudapatkan ketika berdoa. Dan setiap kali berdoa aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis. Ini sisi yang takkan pernah kuperlihatkan kepada siapa pun. Cukup Tuhan dan aku. Aku menangis karena aku tahu aku perlu meluapkannya, tak peduli dalam bentuk yang kelihatannya amat lemah sekalipun.

Lihat, betapa signifikannya perananmu dalam hidupku dalam beberapa waktu terakhir. Aku menyadarinya ketika namamu menjadi lebih sering kuucapkan dalam doa dibanding biasanya. Aku menyadarinya ketika kamu sudah menjadi topik tulisan yang sering kuangkat. Aku menyadarinya setiap kali aku mengingatmu. Dan aku mengingatmu hampir setiap waktu.

Juga ketika menanggapi kepergianmu, aku yang tadinya berada di tahap denial, lalu masuk ke tahap anger, kini bisa mulai masuk ke tahap acceptance. Langsung. Meloncati dua tahapan sebelumnya. Aku belum sepenuhnya selesai di tahap anger. Tapi aku mengusahakan yang terbaik untuk mendamaikan keduanya.

Terima kasih untuk semuanya. Kini aku tahu aku akan menulis setiap kali aku merindukanmu. Seperti saat ini.

Semakin mengenalmu aku semakin bertanya-tanya, bagaimana caramu membuat orang paling cuek bisa begitu perhatiannya padamu. Dan bagaimana caramu membuat orang yang paling suka menyendiri bisa nyambung berbicara denganmu. Atau ketika orang paling jutek bisa tersenyum ketika berbincang denganmu. Atau bagaimana orang tertutup sepertiku bisa menceritakan seluruh kisahku begitu saja. Tanpa beban. Tanpa merasa khawatir. Tanpa ada pembatas. Tapi kurasa itulah yang membuatmu begitu istimewa. Itu kelebihan yang kamu miliki. Dan karena begitu besarnya kelebihanmu itu bagiku, aku takkan pernah bisa membencimu.

Oke, sampai tahap ini harusnya kamu sudah tahu bahwa aku sedang menulis tentangmu. Orang yang aku sebut sebagai sobat.

Sampai jumpa lagi. Dan berbahagialah. Karena kamu layak mendapatkannya, lebih dari yang kamu pikirkan.

Comments

Popular Posts