The Perks of Doing Self-Quarantine

Gambar diambil dari sini.

Halo. Sekarang sudah jam 11.11 pagi saat aku mulai menuliskan postingan ini. Tidak ada yang spesial sih dengan angka 11.11. Aku hanya suka angkanya. Tapi konon katanya, mengucapkan permintaan kita tepat di jam tersebut meningkatkan potensi terkabulnya permintaan itu. Mitos yang tentu saja tidak kupercayai karena tidak ada dasar ilmiah yang mendukung. Sudah kubilang, aku hanya suka angkanya.

Oke, cukup basa-basinya soal angka. Kegiatan self-quarantine membuatku mulai memperhatikan dan membahas hal-hal yang kurang penting seperti ini. Eh, tapi tidak terasa ya, sudah memasuki minggu ketiga semenjak masyarakat diimbau untuk menggalakkan kampanye #stayathome dan hanya keluar rumah jika benar-benar perlu dan mendesak.

Jujur, sedih sekali rasanya melihat dampak Covid-19 pada perekonomian kita. Ketidakseimbangan pasar menyebabkan banyaknya usaha yang harus tutup. Sekarang saja sudah cukup mengerikan, padahal baru tiga minggu sejak aktivitas masyarakat dihentikan. Bagaimana kalau tiga bulan? Atau tiga semester? Atau tiga tahun? Aku tidak sanggup membayangkannya.

Tapi kalau aku boleh jujur, aku sangat suka melakukan kampanye #stayathome atau social distancing ini. Sulit dipercaya, bahkan olehku sekalipun. Awalnya kupikir aku akan mati kebosanan, tapi ternyata aku justru senang melakukannya. Bisa jadi karena aku memang seorang introvert sejati, karena setiap pengurangan aktivitas tatap muka secara langsung dengan orang lain memang berkontribusi signifikan terhadap pengisian energiku secara mental. Tapi setelah kulihat-lihat, sebenarnya ada juga kok sisi baik dari aktivitas self-quarantine ini.

Nah, sekarang aku mau membagikan beberapa hal yang membuat aku suka melakukan self-quarantine. Harapannya adalah semoga tulisan ini bisa memberikan sudut pandang yang lain bagi pembaca yang mungkin juga tengah melakukan self-quarantine ini. Beberapa hal yang aku sukai dari self-quaratine itu adalah...

  • Efisiensi waktu. Bayangkan, semua aktivitas yang kulakukan semuanya saat aku sedang berada di rumah. Mau itu kerja, kuliah, gereja, nongkrong, pacaran, semua online dari rumah! Aku nggak lagi harus menghabiskan waktu di jalan ataupun bermacet-macet ria. Sungguh surga dunia.
  • More me-time. Dampak dari lebih banyak waktu yang tidak habis di jalan adalah kita jadi punya lebih banyak waktu untuk me-time. Horeee. Aku percaya baik orang dengan personality introvert maupun extrovert pasti tetap membutuhkan me-time dalam porsinya masing-masing. Apa hal yang paling kalian suka lakukan kalau me-time? Kalau aku sekarang lagi suka nonton movie-movie seru di sela-sela waktu luang yang aku punya, which is agak jarang memang. Menyelesaikan satu movie saja bisa sampai tiga hari T T
  • No makeup everyday. Ini sungguh perbuatan yang sangat baik terhadap kulit wajah. Selain itu, kita juga jadi lebih pede dan terbiasa dengan wajah asli kita tanpa makeup. Buat yang cowok-cowok, mungkin jadi no shaving everyday, becoz who cares juga mau kalian botak atau gondrong yakan, hahaha.
  • Skincare di siang hari. Kapan lagi bisa pakai sheetmask sambil kerja di jam kerja kalau bukan saat momen self-quarantine ini?? Pakai skincare juga merupakan perbuatan amal baik pada kulit wajah. Ingat kawan, investasi pada kulit kita itu hal yang sangat penting. Kawan-kawanku, baik cewek maupun cowok, ayo mulai pakai skincare!
  • Tidak perlu memakai baju bagus. Dasteran aja juga oke loh (atau kutangan kalau untuk cowok), asal jangan tiba-tiba disuruh aktifkan kamera Zoom saat meeting aja, ya.
  • Lebih hemat. Sudah pasti lah ya. Karena kita sudah tidak perlu lagi pengeluaran untuk transport dan makan-makan fancy. Nongkrong virtual sambil menyesap air putih juga sudah oke, becoz again, who cares lo minum apa di rumah. Jadi sudah pasti tabungan kita bertambah nih. Tapi jangan lupa sisihkan untuk yang membutuhkan juga ya. Karena katanya jauh lebih berbahagia memberi daripada menerima. :D
  • Munculnya talenta-talenta kreatif. Aku banyak melihat fenomena di mana orang-orang mendadak menjadi insta-chef, artis Tik Tok, juga tukang bikin story template!! Hahahah. Untuk insta-chef, menu andalan yang tutorialnya sering berseliweran di Instagram adalah dalgona coffee dan pie susu teflon. Aku ikut happy dengan mereka yang akhirnya bisa punya waktu untuk mengembangkan talenta tambahan. Jujur, aku juga kepengin mencoba masak. Tapi apa daya, tinggal dengan seorang ibu yang jago masak membuatku tidak perlu pusing memikirkan besok mau makan apa. Mau itu makan pagi, siang, sore, bahkan camilan yang sehat maupun yang tidak, semua sudah tersedia.
  • Mendekatkan diri dengan anggota keluarga. Oke, yang ini memang nggak berlaku untuk mereka yang tinggal sendiri. Tapi bagi mereka yang tinggal bersama-sama keluarga, entah itu dengan orangtua, istri / suami, anak, saudara, tentunya perubahan ini terasa sekali. Ada banyak waktu lebih yang bisa dihabiskan bersama-sama. Aku pribadi selepas jam kantor, kalau nggak ada kuliah, aku bisa bersama-sama kasih makan anjing dengan adikku atau berdoa bareng sekeluarga. Kebayang kan biasanya subuh-subuh aja udah harus bangun dan siap-siap berangkat ke kantor. Lalu selepas senja baru bisa pulang, itu pun memakan waktu yang lama sekali. Begitu sampai di rumah, yang tersisa hanya waktu untuk mandi dan beristirahat. :(
Oke. Itu tadi beberapa pendapatku tentang sisi positif dari self-quarantine berdasarkan apa yang kualami dan kuamati. Aku tahu, sebetulnya banyak juga sisi negatif dari self-quarantine. Dengan menuliskan ini aku sama sekali nggak sedang berusaha untuk mengecilkan masalah yang timbul akibat pandemi ini. Take it as a different perspective as a home person like me. Aku juga tahu, banyak yang malah tertekan menjalani self-quarantine. Dan perasaan takut, bosan, gelisah, itu semua sangat valid dan wajar di masa seperti ini. Tapi percayalah, ketidaknyamanan yang kalian lalui sekarang bukannya tanpa alasan, melainkan hal yang sangat signifikan dampaknya bagi kesehatan dan kehidupan orang banyak. 

By staying at home, you are saving lives. Selamat mencari aktivitas menyenangkan ya.

Comments

Popular Posts