Mosaic of Beauty 2018

Gambar diambil dari sini.

Hey, there.

Aku tahu aku terlalu terlambat untuk membuat tulisan semacam ini. Tapi, hei, lebih baik telat daripada nggak sama sekali, kan?

Oke, barusan itu adalah usaha pembenaran diri yang amat, amat buruk. Maaf.

Tapi serius, meski pelaksanaannya sungguh di luar jadwal yang kutetapkan sebelumnya (yakni 31 Desember 2018), tapi semangatku untuk membuat tulisan ini masih membara laksana kebakaran gedung yang susah dipadamkan meski oleh pasukan pemadam kebakaran berpengalaman sekali pun.

Nah, sampai mana kita?

Oh ya, tulisan ini kuberi judul mosaic of beauty, simply karena pada tulisan ini, semuanya berisi tentang berkat-berkat Tuhan yang kuterima sepanjang 2018. Semua berkat-berkat ini membuatku merasa begitu dikasihi dan aku ingin membagikan perasaan yang sama ke kalian semua.

So, let's jump right in. ;)

Ditemukannya kembali ponselku yang hilang selama 24 jam adalah mujizat yang kuterima di awal tahun 2018. Kuakui aku punya sifat yang cukup buruk, yakni suka teledor meninggalkan ponselku di tempat-tempat yang rawan maling. Pada saat itu, ponselku hilang dan sudah tidak bisa dihubungi lagi. Aku merasa bahwa ponselku tidak akan pernah kutemukan lagi. Aku bahkan sudah bersiap-siap untuk pergi ke mall membeli ponsel yang baru. Tetapi Tuhan sangat baik, ada orang yang masih mau menghubungiku untuk mengembalikannya kepadaku.

Jujur saja, kehilangan ponsel sama dengan kehilangan separuh otak bagiku. Soalnya segala-galanya ada di situ. Sebagai generasi millennial, kalian tentu tahu kan kalau seluruh hidup kita bergantung pada benda kecil berbentuk persegi panjang itu? Mulai dari makan, transportasi, hingga uang virtual semuanya ada di situ. Aku bahkan menyimpan berbagai draft tulisan yang kubuat di waktu luang di memo ponselku.

Aku tahu aku bakalan patah hati berat kalau sampai ponselku betulan hilang. Glad it wasn't. :D

Kebaikan Tuhan yang kedua di tahun 2018 adalah kesempatan yang kudapatkan untuk mengunjungi Bali. Dua kali di bulan Februari dan Mei. Yah, sebenarnya bukannya aku sebegitu melaratnya sampai-sampai ke Bali saja tidak sanggup. Hanya saja waktu yang kupunya tidak memungkinkan untuk itu. Dan kalau pun waktu dan uang yang kupunya cukup untuk membawaku ke Bali, biasanya aku akan memikirkannya berkali-kali karena biaya perjalanan ke salah satu lokasi traveling populer sedunia itu sudah menyamai biaya travelling ke luar Indonesia! Tapi yah, karena ada kondisi yang membuatku mau tidak mau pergi ke sana, kuputuskan untuk menikmati saja kesempatan yang ada. :p

Pada tahun 2018 kemarin juga, Tuhan memberikanku kesempatan untuk membawa keluargaku untuk family trip ke Korea. Ini mimpi yang kuinginkan sejak lamaaa sekali. Dan terlepas dari segala kekurangannya yang cukup banyak (sangat banyak, sih, sebenarnya), we did have a good time in Seoul. :)

Next! Setelah melalui fase galau dan penuh pertimbangan selama tiga tahun, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke sekolah. Jujur saja, kuliah lagi bukan sesuatu yang kurencanakan di awal tahun 2018. But life always finds its way to surprise you, rite? Last year I got mine :) Dan ya, tentunya aku kuliah sambil tetap bekerja dong. Selain karena aku ini bukan cewek lenje, juga karena aku tetap perlu menafkahi diri ini dengan segala kebutuhan primer, sekunder, dan tersier yang beragam macam.

Masih terkait dengan aktivitas akademik, tahun 2018 kemarin juga aku berkesempatan mengikuti dua konferensi ilmiah. Oke, sebelum kalian semua salah kaprah, perlu kujelaskan baik-baik di sini bahwa pada dasarnya aku bukanlah anak nerd yang hobi melakukan penelitian. And I know I always lack of self-worth, hehe. But these chances has taught me to be more confident and have a sufficient amount of self-worth. Good thing I didn't refuse the opportunities. :')

Last but not least, aku cukup happy dengan pencapaian kuliah semester satu kemarin. Rasanya segala penderitaan yang kulalui selama semester kemarin terbayarkan sudah. Lunas semua dengan hasil yang kudapatkan. Sejujurnya yang membuatku paling happy adalah karena aku, si anak yang terlahir dengan tingkat prokrastinasi tingkat Poseidon (terlambat munculnya postingan ini adalah bukti tak terbantahkan, saudara-saudara), bisa mendapatkan nilai bagus itu anugrah, gaes.

Ya, jadi aku yang senang menunda-nunda pekerjaan dan tiap kali mengerjakan tugas senangnya mengeluh dan bermalas-malasan ini tetap berharap dapat nilai yang bagus.

Sungguh anak yang tidak tahu diri, bukan? Wkwk.

So yea, kalau nilainya bisa sebegini memuaskannya, it's nothing about me but purely because of God's grace.

And that is it! I am looking forward to many many good loves and miracles of 2019. With God, everything is possible. I'm thankful I'm walking with Him. :)


January 20th, 2019

Comments

Popular Posts