[Flash Fiction] Sebuah Doa

Gambar diambil dari sini.

Kening Tom mengernyit seiring dengan diputarnya lagu The Smiths yang sangat dibencinya di radio mobil.

Good times for a change
See the luck I’ve had could make a good man turned bad

Tanpa mengabaikan fakta bahwa ia dulu menyukai lagu ini, yah, ia benci sebenci-bencinya pada lagu ini sekarang. Dan Tom memiliki alasannya sendiri.

Tapi untunglah, dia telah tiba di tujuan. Dengan cepat diparkirnya sedan hitam miliknya di pekarangan parkir. Ia mematikan pendingin dan radio sialan—mendadak ia jadi kasar—itu lekas-lekas. Malas mendengar kesudahannya.

Dengan satu sentakan ditutupnya pintu mobilnya, disusul dengan bunyi khas yang menandakan pintu mobilnya telah terkunci. Ia bergegas melangkah ke dalam.

Pesta pernikahan mantan kekasihnya hampir dimulai.

Uh oh, ia hampir terlambat. Derap langkahnya semakin cepat, demikian juga detak jantungnya yang berdegup semakin keras.

Ia merasakan kelegaan mengalir di dadanya saat ia telah duduk di salah satu kursi tamu yang terletak di tengah-tengah taman yang sudah didekorasi dengan berbagai jenis bunga dan hiasan-hiasan lainnya yang sebagian besar menonjolkan warna pastel.

Garden party adalah konsep pernikahan impian Lucy. Satu fakta terkait Lucy yang diingatnya menggoreskan senyum getir. Ingatan apa pun terkait Lucy kini akan selalu membuat hatinya perih.

Ia tidak sempat berkutat terlalu lama dengan ingatan-ingatan tentang mantan kekasihnya karena dia sudah muncul di ujung lorong, siap menuju altar. Tom menatap sosok indah berpakaian putih di sana. Tanpa bisa dikendalikan, dadanya mendadak serasa sesak dan nyeri. Mantan kekasihnya tampak sangat anggun dalam balutan gaun pengantin.

Tom tidak perlu menyebutkan bahwa Lucy juga tampak cantik mengenakan gaun itu. Pasalnya, di mata Tom, Lucy selalu cantik dengan pakaian apa pun.

Dan setelah ia menatap mantan kekasihnya sekarang, benaknya kembali meronta, hatinya kembali berharap.

So please, please, please
Let me, let me, let me
Let me get what I want this time

Tanpa sadar Tom menguatkan kepalan tangannya. Lagu sialan itu malah berlanjut di pikirannya. Sebenarnya fakta itu sama sekali tidak mengherankan karena otaknya telah menghapal lagu itu secara otomatis setelah mendengarkannya ratusan kali.

Matanya menatap sosok indah yang mulai melangkah lurus, didampingi sang ayah. Ia yakin dirinyalah satu-satunya kerabat yang memperlihatkan wajah sendu, senyum pahit, lengkap dengan mata yang berair di antara para tamu yang sibuk mengabadikan sang pengantin.

Ketika Tom berpikir bahwa rasa sesaknya akan merenggut hidupnya dalam beberapa menit ke depan, matanya menangkap manik mata Lucy yang juga sedang menatapnya.

Binar mata Lucy seperti meminta maaf. Tatapan bersalah itu membuat Tom refleks menggeleng pelan. Perpisahan ini bukan salah Lucy, pun juga dirinya. Tapi mungkin justru inilah yang membuat perpisahan begitu berat diucapkan.

Ketika tidak ada yang salah di sini. Hanya dua garis takdir yang tidak berhasil mendapatkan titik temunya.

Haven’t had a dream in a long time
See the luck I had can make a good man bad

Satu-satu mimpi terbesarnya, permohonan tersering yang diajukannya di hadapan Tuhan adalah melihat Lucy mengenakan gaun putih pengantin. Menikahinya.

Sayangnya, hari ini Tom melihat doanya tidak dapat dikabulkan sepenuhnya.

Tapi melihat wajah bahagia dan tatapan mata penuh cinta yang tidak dapat menipu, yang diarahkan pada calon suaminya pagi itu, Tom tahu apa yang paling ia inginkan sekarang. Ia memutuskan untuk mengubah doanya.

Disimpannya senyum Lucy pagi itu dalam ingatannya baik-baik. Matanya terpejam. Kedua tangannya dirapatkan. Bibirnya membisik pelan.

“Tuhan yang baik…
Kumohon….
Agar ia selalu tersenyum seperti saat ini.”

So for once in my life
Let me get what I want
Lord knows it would be the first time

Tom membuka matanya. Lucy mencium suaminya.

Pada detik itu, ia tahu ia harus mengikhlaskan Lucy.

“Amin.”

fin.



P.S. : Tulisan ini adalah fiksi mini yang kutulis 3 bulan lalu, untuk diikutsertakan dalam kompetisi. Sayangnya, dia belum cukup beruntung untuk lolos. Akhirnya aku memutuskan untuk meng-edit-nya lagi dan mem-posting-nya di sini. Mari kita lihat sisi positifnya, blog ini jadi nggak kekurangan konten. :)) Hope you guys enjoy! :p

Comments

Popular Posts