[Cerita Pendek] I Love You, Baby

Gambar diambil dari sini.

Piringan hitam di ujung ruangan memutar suara legendaris Frank Sinatra. Mesin usang yang sudah agak berdebu itu masih berusaha memproduksi dentingan nada dengan sisa-sisa kekuatan terakhirnya. Kaki Sandy bergerak riang mengikuti irama musik kesukaannya. Sebelah tangannya menjangkau dua lembar roti tawar putih. Gadis itu berputar sekali, lalu mencemplungkan dua lembar roti ke dalam toaster yang ada di hadapannya begitu ia berhenti berputar.

Ia mengangguk-anggukkan kepala, masih mengikuti irama musik, mengambil sebuah piring. Lalu piring lainnya.

Sandy menyiapkan sarapan untuk dua orang.

You're just too good to be true.
Can't take my eyes off of you.
You'd like a heaven to touch. 
I want to hold you so much. 

Kepalanya secara otomatis menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka lebar, dua meter dari dapur tempatnya bekerja (atau menari) saat ini.

Pria yang sedang diperhatikan Sandy tentu tidak melihat bagaimana gadis itu menelan ludah tanpa sadar melihat sosok yang bertelanjang dada, tengah duduk di pinggir ranjang.

Sebelah lengannya yang bertato, berusaha menggapai sesuatu di sisi ranjang lainnya. Tak lama tangan laki-laki itu sudah menunduk dan menekan-nekan keypad ponselnya.

Pardon the way that I stare
There's nothing else to compare
The sight of you leaves me weak
There are no words left to speak

Sandy menatapnya tanpa berkedip, hingga dentingan toaster penanda roti telah terpanggang sempurna menyadarkannya dari lamunan. Sementara gadis itu menyiapkan sarapan dengan cekatan, laki-laki yang dilihatnya keluar ruangan, masih berusaha memasangkan kemeja putih pada tubuhnya yang berotot.

Yang ditatap balas menatap Sandy tepat di manik mata. Senyum cemerlang terukir di sudut bibir tipisnya.

Seksi. Itu satu kata untuk menggambarkan Adrien.

"Hey, Baby," bisiknya serak. Lengannya membentang, menunggu Sandy menelusupkan seluruh tubuhnya di sana.

Yang dipanggil serta merta bergerak cepat, nyaris menubrukkan tubuhnya ke tubuh Adrien. Sandy dapat merasakan debaran yang cepat, tidak yakin apakah itu debarannya sendiri atau laki-laki dalam pelukannya.

Mereka berpelukan beberapa saat. Sandy tanpa malu-malu menempelkan pipinya di dada Adrien yang masih belum tertutup baju, tepat di atas ukiran tato yang menggoreskan huruf-huruf romawi.

I . IV . MCMLXXXV

1 . 4 . 1985

"Kamu lahir saat April Mop?" tanya gadis itu suatu kali.

"Yah," sahutnya. "Nggak heran hidupku full of jokes, kan?" senyumnya getir. Sinis.

Tanpa perlu bertanya lebih jauh Sandy tahu ke mana arah pembicaraan laki-laki ini. Ia bicara tentang kehidupan yang dianggapnya bodoh, konyol, seperti sebuah lelucon. Ia bicara tentang seluruh hidup yang sudah dirancang oleh orangtuanya sejak kecil hingga saat ini ketika Adrien sudah menginjak 32 tahun, tanpa punya kesempatan untuk membuat pilihan apa pun. Mulai dari sekolah, perguruan tinggi, pekerjaan, semuanya. Ini yang membuatnya berpikir bahwa hidupnya tidak lebih dari sekadar lelucon.

"Baby."

"Hm?" Sandy menyahut masih sambil menempelkan pipinya pada Adrien.

"Sudah saatnya aku pulang." Adrien memberikan satu kecupan di puncak kepala gadis mungil itu.

Sandy merasa lemas, meski ini bukan pertama kalinya. Sandy tahu benar, tempat Adrien bukan di sini. Bukan di apartemen ini. Bukan dalam pelukannya.

"Mmm. Berapa lama?"

Pertanyaannya dibungkam dengan satu kalimat "Aku nggak akan ke sini lagi."

Seketika jantung Sandy mencelus dan lututnya terasa lemas. Adrien sampai harus mengetatkan pelukannya. Adrien tahu ini akan terjadi. Adrien tahu Sandy tidak akan kuat. Tubuh si gadis mungil mulai bergetar, menahan tangis.

I love you baby
And if it's quite alright
I need you baby
To warm my lonely nights
I love you baby
Trust in me when I say

"Aku mencintaimu." Satu kalimat dari Adrien, cukup untuk melontarkan satu isakan kecil Sandy, melelehkan air matanya.

Sandy merasakan keningnya dicium. Lalu hidungnya. Lalu bibirnya.

Adrien hanya menempelkan bibirnya ke bibir gadis di hadapannya. Ia merasakan ujung bibirnya menghangat karena air mata yang turun ke sana. Mereka tidak melakukan apa pun. Hanya pasrah, membiarkan tiap detiknya berlalu sambil menorehkan luka di hati keduanya.

Hingga Adrien melonggarkan pelukannya, Sandy masih menunduk dengan wajah merah basah karena menangis. Dihapusnya air mata si gadis.

"Pulanglah," kata Sandy di tengah tangisnya. Suaranya bergetar. Adrien bergeming, masih tidak yakin dengan apa yang didengarnya barusan. Ia menunggu beberapa saat.

"Pulanglah, Adrien," ulangnya lebih tegas, seolah mengerti kebimbangan laki-laki di hadapannya.

"Sandy..."

"Tempatmu... bukan di sini," sahutnya tersendat.

Hatinya terasa ngilu mengatakannya. Tapi itulah kenyataan yang terus diingatkan oleh logikanya selama ini. Kenyataan itu menghantuinya. Menyatakan dengan lugas bahwa Adrien bukan miliknya.

Adrien mengangguk meski tahu Sandy tidak sedang menatapnya. "Aku tahu, aku minta maaf."

Sandy masih menatap ke bawah dengan wajah yang basah. Air matanya terus mengalir meski ia berkali-kali mengelap wajahnya dengan punggung tangan.

"Berjanjilah padaku, kau akan baik-baik saja."

Beberapa detik berlalu dan Sandy belum menjawab. Ia mulai tidak bisa mengendalikan emosinya. Siapa pun yang mendengar ia menangis pasti bisa merasakan perih yang dirasakannya. Sandy tidak mengerti kenapa sakit hatinya tak kunjung berkurang meski ia sudah menangis habis-habisan. Mendengar kalimat itu dadanya malah terasa semakin sesak.

Meski tidak yakin, ia tetap mengangguk. Ia berjanji.

"Good." Adrien mencium kening wanitanya sekali lagi. Terakhir kali.

"Aku pergi," ujarnya singkat, dengan suara yang berusaha dikendalikannya mati-matian. Demi Tuhan, dia juga sama tersiksanya dengan gadis ini.

Adrien memandang Sandy beberapa saat sebelum meraih tasnya. Berjalan keluar pintu. Meninggalkan separuh dirinya.

Pulang.

Kembali kepada istri yang tak pernah dicintainya.

F I N


P.S. :
Setelah sekian lama akhirnya nulis cerpen lagi. Dan setelah sekian lama (lagi), akhirnya nulis tema romance lagi. Don't think this is good enough since I was preparing it in a very short time. I want to utilize this Valentine moment to post this story, hehe. Hope you enjoy reading it.

Comments

  1. Waaawww.... Refiiiilll... Gue suka yang model begini.. bikin sesak napas.. hahaha..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts