Berfoto di Konser Sungha Jung 2018

Oke, ketika aku menuliskan ini aku masih dalam kondisi sangat shock! Dan aku akan ceritakan kronologinya secara lengkap di bawah ini...

__________________________________________________________

Gambar diambil dari sini.

Musik instrumental mulai menjadi salah satu obsesiku beberapa lama setelah aku mulai menumbuhkan minat pada gitar. Kesukaanku pun berlanjut pada jenis permainan gitar fingerstyle. Hm, bagaimana cara menjelaskannya ya? Hal yang membuatku bisa begitu menyukai jenis permainan gitar ini adalah karena kita seperti bisa membuat gitarnya bernyanyi tanpa penyanyi!

Tentu saja tidak semua fingerstyle guitarist bisa bermain seolah-olah gitarnya juga bernyanyi. Tapi bagiku, Sungha adalah salah satu dari pemain gitar tersebut. Jadi, ketika ada informasi mengenai konser Sungha di Indonesia, aku dengan antusias langsung mendaftar begitu pendaftarannya sudah dibuka.

Aku pergi bersama seorang teman yang juga menyukai Sungha. Buatku teman saat konser memang merupakan faktor yang sungguh sangat penting, supaya semua euforia yang kita rasakan ketika konser bisa dibagi kepada orang lain yang kita kenal. Oh ya, tapi sebenarnya menghadiri konser Sungha juga merupakan janji yang kubuat dengan temanku ini, bahwa di konsernya yang ke 2018 kami akan pergi bersama-sama.

Pembelian tiket sudah bisa dilakukan sejak bulan November tahun lalu. Tiket yang dijual ada tiga jenis, yaitu silver, gold, dan VIP dengan harga IDR 450,000, IDR 550,000, dan IDR 980,000. Tiket silver dan gold tidak berbeda terlalu jauh dari segi harga karena perbedaannya hanya terletak pada jarak tempat duduk dari panggung saja, sementara tiket VIP jadi begitu mahal karena pembeli tiket VIP bisa sekaligus menghadiri acara meet and greet, foto bersama, dan mendapatkan CD gratis yang bertanda tangan Sungha. Setelah menimbang berbagai hal, aku dan temanku memutuskan untuk membeli tiket gold saja.

Hari yang dinanti pun datang. Di hari H, kami langsung bertemu di lokasi konser, yaitu di Springs Club BSD. Memang untuk konser klasik seperti ini, peminatnya tidak bisa dibandingkan dengan konser-konser artis pop lainnya yang jumlahnya bisa beribu-ribu. Jumlah penonton seluruhnya malahan tidak sampai dua ratus orang. Tapi sejujurnya aku memang suka dengan konser yang lebih beradab seperti ini karena kami jadi lebih bisa menikmati musik dengan duduk nyaman di kursi masing-masing.

Setelah masuk ke dalam ruangan, kami duduk di tempat duduk yang sudah diatur oleh panitia sesuai dengan waktu pembayaran tiket tercepat. Karena kemarin kami membayar di hari kedua setelah penjualan tiket dibuka, kami pun berhasil mendapatkan bangku tiket gold terdepan (di depan kami masih ada bangku VIP).

Tepat pukul 19.30 WIB, MC memasuki ruangan, dan lagi-lagi, berbeda dengan konser musik pop, pembukaannya pun tidak bertele-tele. MC masuk dan memberi salam, menyambut penonton yang hadir, lalu segera mempersilakan Sungha untuk memasuki ruangan.

Oke, aku cukup yakin aku sudah bukan abege lagi, dan di usiaku yang sudah tidak abege ini lagi, aku memang sudah tidak lagi mengidolakan seseorang sampai berlebihan atau bagaimana. Tapi serius deh, napasku betulan tercekat waktu Sungha masuk ke dalam ruangan. Terdengar norak sekali memang, tapi ketika dia masuk ruangan, aku refleks berseru, "Omo!" sambil menutup mulutku dengan sebelah tangan.

Rasanya seperti mimpi. Bayangkan saja orang yang selama ini begitu jauh dan hanya bisa dilihat di layar Youtube mendadak muncul di kehidupanmu dan jaraknya tidak lebih dari 4-5 meter darimu.

Iya deh, aku memang norak.

Dia menaiki panggung sambil menenteng gitar Lakewood miliknya, memberi hormat satu kali, lalu mulai duduk di kursi yang disediakan. Entah hanya perasaanku saja atau dia memang terlihat keren dengan kemeja hitam yang dikenakan malam itu. Sungha memulai konser musiknya dengan lagu pembuka pertama. Baru setelahnya dia menyapa kami semua.

Kebanyakan lagu-lagu yang dibawakan adalah lagu-lagu yang dibuatnya sendiri. Tapi ada juga lagu-lagu cover yang diaransemen oleh Sungha. Jika kita tidak benar-benar suka pada musik instumental, atau pada Sungha, mungkin konsernya akan jadi membosankan. Nah, karena temanku dan aku memang sama-sama suka musik instrumental dan juga Sungha (yang kalau senyum jadi tambah ganteng dua kali lipat), kami benar-benar menikmati konsernya. Dari awal sampai akhir.

Ada banyak lagu yang dimainkan. Tapi lagu-lagu original yang dimainkan semalam dan yang aku paling sukai adalah On Cloud Nine dan Flaming yang bisa kalian lihat di bawah ini.



Selain kedua lagu itu, ada beberapa lagu original Sungha yang juga kusukai seperti Lonely, On a Brisk Day, dan Riding a Bicycle. Untuk lagu cover, yang paling aku suka adalah River Flows in You dari Yiruma, yang merupakan pianis klasik.

Oke, kembali lagi ke cerita konser kemarin. Setelah konsernya usai, ada acara penandatanganan instrumen musik dan CD. Banyak orang berbondong-bondong membeli CD di luar untuk bisa meminta tanda tangannya. Ya sebenarnya aku juga tahu sih alasan dibelinya CD itu juga pasti supaya mereka bisa berjarak 30 senti dari Sungha saja kan, hahahaha.

Hal yang kusesali di sini adalah, KENAPA AKU NGGAK BAWA GITARKU SUPAYA DITANDATANGANI SUNGHA???? Hueeeee, nyesek sekali rasanya. Kupikir sesi tanda tangan hanya khusus VIP, tapi ternyata tanda tangannya dilakukan setelah konser dan semua (kuulangi ya, SEMUA) penonton bisa meminta tanda tangan Sungha saat itu. Dalam sekejap aku langsung merasa patah hati.

Setelah sesi tanda tangan usai, aku dan temanku masih berkeliaran di lokasi. Kami ngapain? Kami mau minta foto dengan Sungha meski tiket yang kami beli tidak termasuk paket foto-foto di dalamnya, HAHAHA. Maafkan ketamakan ini.

Kebetulan temanku ini kenal dengan salah satu panitia yang berjanji akan berusaha meminta izin agar kami bisa foto bareng dengan Sungha. Tapi setelah acara usai pun temannya temanku ini rupanya tidak nongol juga. Kami menunggu dan menunggu di pintu utama lokasi. Setelah menunggu lama, aku pun merasa Sungha mungkin sudah pergi melalui pintu lain dan meninggalkan aku dan temanku berdua di sini, tanpa adanya kepastian yang jelas.

Tak berapa lama setelah kami menunggu, aku melihat temanku mendadak terkesiap dan menyuruhku melihat ke arah yang dia tunjuk. Begitu aku menoleh, mataku melebar secara refleks karena Sungha lewat di depanku begitu saja. Bahkan saat ini aku masih bisa membayangkan adegan slow motion-nya di kepalaku. Itu beberapa detik yang sangat mengejutkan. Dia hanya berjarak seuluran tanganku saja! Dan dia ternyata lebih tinggi dari padaku yang sudah cukup tinggi ini. Sekitar 175? Atau 178?

Aku dan temanku seperti orang bodoh, hanya melihatnya lewat dan masuk ke dalam mobil, dan pergi. Meninggalkan kami. Dengan hati yang patah. Karena batal foto.

Bicara soal foto, panitia acaranya memang menetapkan aturan yang cukup ketat terkait pengambilan gambar selama dan sesudah konser. Banyak yang bandel dan nekad mengambil gambar dan video selama Sungha tampil, termasuk aku. Tapi cuplikan video yang kuambil betul-betul singkat dengan kualitas yang kurang baik juga (maklum belum punya skill paparazzi). Gambar pun tidak bisa diambil sama sekali. Itulah kenapa postingan ini sangat minim gambar seolah-olah tulisan panjang yang kuocehkan daritadi ini terlihat seperti kebohongan belaka.

Nah, untuk mengobati kekecewaan karena batal berfoto dengan Sungha, berikut ini kupersembahkan foto untuk Anda semua.....

:'))

Konser ini menyadarkanku bahwa ternyata manusia sungguh bisa jatuh cinta dan patah hati di saat yang sama. Seperti yang kualami selama konser ini. Tapi ini kesempatan yang benar-benar kusyukuri, karena dengan ini inspirasi dan motivasiku untuk terus belajar gitar kembali terbit. Dan semoga suatu saat, aku juga bisa bermain gitar seperti dia. Amin!

Comments

Popular Posts