[#7DaysKF] Day 7 - A Letter From 2017

Gambar diambil dari sini.

“Tulislah sebuah surat untuk dirimu di masa depan.”

Mendapatkan tugas ini, aku sempat mencoba mencari hal menarik di internet dengan keyword "future me". Ada beberapa website yang menawarkan jasa pengiriman email sesuai jadwal yang kita tentukan di masa depan. Mungkin maksudnya supaya mengantisipasi kalau kita lupa. Mungkin sepuluh tahun atau dua puluh tahun lagi, bisa saja kita malah jadi tidak ingat kalau kita pernah menulis sesuatu untuk diri kita. Jangankan sepuluh-dua puluh tahun, status Facebook yang pernah kutulis sekitar lima tahun lalu saja membuatku tercengang saking aku lupa. Lupa kalau pernah jadi se-alay itu, hehe.

Hai, diriku di masa depan. Aku tahu suatu saat kamu akan membaca tulisan ini, tulisan dari dirimu di masa lalu. Aku bisa begitu yakin karena kamu tipikal si cewek "nostal-gila". You’re crazy about memories, about old things. Pada masanya nanti, kamu akan meluangkan waktu santaimu yang tidak seberapa banyak itu, dan men-scroll balik tulisan-tulisan di blog ini. Dan aku yakin, sungguh yakin, jemarimu akan kembali membuka coretan usang yang ini.

Hal pertama yang mau kulakukan adalah meramal masa depanmu terlebih dahulu. Hai diriku sepuluh tahun mendatang, aku tahu dirimu akan jauh lebih bahagia dari pada sekarang. Kalau boleh jujur, memang tidak ada setitik pun darah cenayang yang mengalir di darahku ini. Anggap saja ini sebuah doa, seperti sabda yang dilantunkan para ibu pada anak-anak mereka. Aku pun mengimani hal ini bagimu di masa depan sana.

Ramalanku yang kedua, tentu saja tidak selamanya kamu baik-baik saja. Yaiyalah. Mana ada rumusnya semakin bertambah usia, maka semakin ringan beban hidupnya? Tokoh protagonis dalam novel-novel menye saja harus menghadapi beragam macam siksaan dulu sebelum akhirnya hidup bahagia selama-lamanya dengan pangeran, kan?

Bukan berarti aku percaya pada “akhir bahagia selama-lamanya” sih. Itu juga salah satu bentuk pencucian otak masa kini oleh media kepada remaja-remaja hijau yang baru saja menghirup udara kebebasan. Nah, kembali ke topik sebelumnya, meski aku tidak yakin bagaimana proses hidup yang bakal kamu lalui seiring dengan bertambah dewasanya dirimu nanti, kamu akan jadi orang yang semakin realistis akan kehidupan. Kamu akan mulai paham, bahwa dunia tidak berporos pada dirimu saja. Kamu juga akan mulai sadar, bahwa meski duniamu terasa runtuh sekali pun, dunia yang sebenarnya akan terus berjalan. Saat itu kamu akan menjadi semakin kuat.

Tetaplah tegar. Prinsip hidup yang selalu kamu pegang itu adalah warisan dari diriku saat ini. Peganglah itu dengan baik. Aku yang saat ini, masih tertatih-tatih menggenapinya. Kamu yang di sana, berusahalah menggenapinya.

Bersyukurlah dan berbahagialah. Kamu pantas mendapatkannya.

P.S :
Oke, aku tahu bahwa memenuhi tantangan menulis-satu-minggu dalam kurun waktu satu bulan adalah tidak pada tempatnya dan cenderung menciptakan impresi pemalas pada diri penulisnya. Maaf deh, aku benar-benar tidak sempat saat itu. Membuat surat di masa depan, apalagi. Ada banyak hal yang berseliweran di benakku akhir-akhir ini sampai tantangan receh begini pun tidak terpegang lagi.

But I'm not a quitter though, rasanya mengganggu sekali menuliskan hashtag 7 Days KF kalau ternyata jumlah postingan yang terkait tidak sampai berjumlah 7. Tapi kini hutangku sudah lunas! Aku sudah membayar ketujuh tulisan ini. Terima kasih atas kesabaran para pembaca yang budiman. Dan terima kasih karena mau meluangkan waktu untuk membaca tulisan yang, kalau dipikir-pikir, sebetulnya patut dipertanyakan juga faedahnya.

Tapi salah seorang teman pernah mengatakan bahwa dia suka mengetahui kisah hidup orang lain karena ada banyak pelajaran hidup yang bisa dipetik dari sana. Aku berharap, sungguh berharap, bahwa tulisan personal life-ku bisa meng-entertain para pembaca, kalau tidak bisa disebut memberikan inspirasi kehidupan. Aku sadar kok, tulisan-tulisanku ini bukan jenis artikel self-help atau curhat terselubung ala ala thought catalog di mana biasanya penulis juga memberikan petuah-petuah bijak dibalik segala kedok curcol-nya itu. Yah setidaknya ada petuahnya kan? Kalau aku sih, aku bahkan hampir tidak dapat mengingat jumlah tulisan berpetuah yang pernah kutulis di sini. Hahaha.

Tapi yah, kurasa itulah sebabnya seringkali aku merasa bahwa blog ini memang tempat wisata bagi para orang-orang yang kurang kerjaan. Atau orang-orang yang tidak pernah ketemu blog penulis beken sehingga blog cewek kutu buku yang tidak terkenal begini saja bisa sering disantroni. :p
Meski demikian, aku senang karena punya beberapa pembaca baik hati yang masih sudi mampir ke sini. Semoga blog ini terus aktif dan menghasilkan tulisan-tulisan yang (mudah-mudahan) bisa menginspirasi. 

Comments

Popular Posts