Sahabat Lama

Gambar diambil dari sini.

Persahabatan adalah salah satu hal yang paling saya hargai di dunia ini. Itulah kenapa teman dan sahabat akan selalu punya tempat spesial di hati saya. Terlepas dari keluarga, ataupun significant others lain, sahabat akan selalu punya ruang-nya sendiri. 

Memelihara pertemanan bukan suatu hal yang mudah. Tentunya ada harga yang harus dibayar. Waktu kita, misalnya. Atau uang. Atau kesediaan diri kita untuk berusaha bertemu dengan mereka. Atau usaha untuk membuat kontak dan bertemu tatap muka dengan mereka.

Saya adalah salah satu orang yang cukup sering menemui teman-teman lama. Simply karena saya ingin mengetahui bagaimana hidup mereka kini. Lebih jauh lagi, saya ingin sebisa mungkin berada bersama-sama mereka ketika mereka melewati fase-fase hidup mereka, demikian juga saya dengan fase hidup saya sendiri.

Namun ada kalanya saat saya sudah tidak berjumpa lama dengan teman lama dan tiba-tiba akan bertemu lagi (tentu dengan membuat janji dulu sebelumnya), sering muncul pemikiran “sebetulnya apa sih yang sedang saya lakukan?” atau “buat apa ya saya sampai bersusah payah begini mengorbankan waktu luang, waktu istirahat, waktu me time saya untuk orang ini?” 

Saya tahu betul kenapa pemikiran semacam itu bisa muncul. Alasannya adalah karena saya lupa. Lupa bagaimana rasanya bisa menghabiskan waktu bersama mereka. Lupa dengan apa yang sebenarmya membuat saya tertarik menjadikan mereka sahabat. Dan lupa betapa kangennya saya kepada mereka.

Meski di awal pemikiran “ngapain sih?” saya selalu muncul, kenyataannya saya tidak pernah menyesali pertemuan saya dengan sahabat-sahabat lama. Malah ketika bertemu itulah, saya jadi diingatkan kembali betapa kangennya saya dengan mereka, tentang apa yang membuat saya menyukai dia sebagai sahabat, atau keunikannya yang mungkin tidak akan pernah bisa saya temukan pada teman atau sahabat yang lain. 

Pertemuan dengan sahabat lama juga bisa dibilang gambling. Kemungkinannya ada dua. Kemungkinan yang pertama, pertemuan itu bisa membuat kita menjadi awkward dan “dingin” setelah sekian waktu tidak bertemu. Kita jadi sadar bahwa sedikitnya frekuensi pertemuan ternyata berdampak besar pada pertemanan itu. Memang ada orang-orang yang membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi hangat kembali, tapi ada juga yang memang sudah dingin dan tidak bisa dikembalikan seperti sebelumnya, juga tidak bisa diapa-apakan lagi. Untuk hal ini tidak ada yang bisa disalahkan, karena buat saya pertemanan dalam hidup kita juga merupakan salah satu bentuk seleksi alam. 

Tapi ada kemungkinan kedua. Pertemuan dengan teman lama bisa menciptakan suasana reuni yang menghangatkan hati. Puji Tuhan, pengalaman bertemu teman lama yang saya alami selalu berakhir dengan kemungkinan yang kedua. 

Meski demikian, saya percaya tidak ada yang salah dengan berusaha mempertahankan hubungan dengan sahabat lama, since we never know kemungkinan mana yang bakal terjadi. Tapi kalau tidak pernah dicoba, siapa yang bakal tahu?

Comments

Popular Posts