[KF Challenge Day 6] Belittled

Gambar diambil dari sini.

Sama seperti semua manusia umum lainnya, pastilah kita pernah diremehkan untuk satu hal yang kita anggap begitu berharga, begitu penting, dan begitu membanggakan. Aku sedang mengingat-ingat masa-masa hal kesukaanku menjadi sesuatu yang diejek orang lain. Sejauh ini aku hanya berhasil menemukan dua. Aku yakin jumlahnya ada lebih dari ini. Tapi berhubung yang berhasil ku-recall hanya dua, biarkan aku menuliskan dua saja, ya. Aku akan menuliskannya secara berurutan berdasarkan waktu kejadian yang paling lama berlalu.

Kisah pertama dimulai ketika wabah K-Pop baru saja melanda remaja di Indonesia pertama kali. Grup-grup vokal yang menamai diri mereka girlband dan boyband tanah air mulai bermunculan satu per satu. Seperti wabah, semua orang langsung melabeli diri mereka dengan sebutan nama fandom tiap girlband dan boyband dan lagu K-Pop bisa didengar di seluruh penjuru negeri. Ke mana pun kaki kita melangkah, di pusat perbelanjaan, mal, kafe-kafe, kawasan pertokoan, bahkan di pasar tradisional sekali pun, musik ini begitu mendominasi dan didengungkan di banyak tempat.

K-Pop tak hanya dikenal dari jenis musiknya, tetapi juga dari tari-tariannya yang terkenal kuat, energik dan kompak. Hal ini tak luput dari penglihatan para dancer pro, juga oleh orang-orang yang memiliki hobi menari. Para grup-grup peniru tari-tarian K-Pop ini, yang biasanya senang merekam diri mereka yang sedang menari mengikuti gerakan sang idola dan mengunggahnya di situs Youtube (biasanya disebut dance cover), mulai bermunculan di Indonesia. Sekolahku pun tak lepas dari kisruh yang tengah ramai dibicarakan orang-orang ini. Sebagai dampaknya, teman-temanku pun mulai membentuk grup dance cover dan merekrutku sebagai salah seorang anggotanya.

Aku sih senang-senang saja. Buatku, menari itu salah satu terapi untuk membuat kita bahagia, atau untuk menyalurkan energi di tubuh kita. Di masa-masa yang suram, meski jarang sekali, aku bisa meenyetel lagu apa saja dan menggerakkan badan secara random mengikuti ritme lagu. Hanya untuk memunculkan mood yang girang gembira. Menurutku aku penari yang (cukup) baik. Untuk ukuran orang yang hampir tidak pernah menari, gerakanku tidak kaku-kaku amat. Dan sejujurnya aku merasa cukup bangga pada diriku sendiri perihal ini.

Namun sebenarnya, ini hobi yang jarang-jarang kukemukakan di depan umum. Untuk alasannya, kurasa kalian sudah bisa menebaknya. Yep, grup dance cover kami tidak mendapatkan sambutan yang hangat dari orang-orang atau—kalau aku boleh berlebihan sedikit—netizen. Meski ada juga orang-orang yang  entah bagaimana bisa menyukai grup dance cover kami, tapi sedikit banyak kami juga menyadari bahwa orang-orang meremehkan apa yang kami lakukan saat itu. Memang sih, kalau mau dibandingkan dengan grup dance cover beken luar negeri di Youtube (sebut saja B-girls), kami memang kalah telak. Tapi tetap saja rasanya cukup menyedihkan kalau kita diremehkan untuk sesuatu hal yang kita sudah berikan banyak effort dan pengorbanan di sana.

Selanjutnya kisah yang kedua. Aku janji kali ini tidak akan terlalu panjang. Setidaknya tidak akan sepanjang kisah yang pertama. Ini percakapan singkat antara aku dengan Bapak-Bapak teman satu kost yang kamarnya bersebelahan dengan kamarku. Satu kali kami pulang ke tempat kost di waktu yang berbarengan. Pada saat menaiki tangga ke lantai dua, terjadilah percakapan seperti ini di antara kami berdua.

Dia : Kamu baru pulang kuliah?
Aku : Iya, Pak. Hehe.
Dia : Kuliah di Atma Jaya?
Aku : Iya.
Dia : Jurusan apa?
Aku : Saya psikologi, Pak.
Dia : Oh, psikologi. Nyari-(fakultas)-nya yang gampang-gampang aja ya.

Secara logika, saya memahami bahwa beliau tidak mengerti seperti apa pelajaran di psikologi dan seberapa berat tugas-tugas yang kami jalankan di sana, sehingga beliau mengucapkan kalimat itu. Dia bisa dengan ringan mengatakannya, simply karena dia sendiri juga tidak menjalankannya. Saya sendiri juga shock ketika tahu kehidupan macam apa yang dimiliki para mahasiswa psikologi ini. Tapi kalau bicara perasaan, tentu saya sedih diremehkan seperti. Bukan hanya karena fakultas ini tidak semudah apa yang dimitoskan orang-orang, tetapi juga karena apa yang saya pelajari ini adalah salah satu hal yang membuat saya bisa bangga.

Demikian dua penggal kisah saya yang pernah diremehkan oleh orang lain. Pada akhirnya saya juga sudah tidak terlalu ambil pusing tentang apa yang orang pikirkan tentang saya. Hobi saya, kesukaan saya, sudut pandang saya, keputusan-keputusan yang saya ambil, itu semuanya saya yang menjalankan. Bukannya orang lain. Jadi tidaklah worthy untuk menghabiskan waktu memikirkan apa yang diremehkan orang lain tentang kita. Jauh lebih worthy kalau waktu yang ada digunakan untuk membuktikan kepada orang-orang tersebut bahwa apa yang kita banggakan tidaklah seperti yang mereka prasangkakan pada kita sebelumnya.

Comments

  1. SEMANGAT, CHINGU YA~ Jangan pernah menyerah! Kesuksesan itu hanya untuk orang-orang terpilih, yakin suatu hari nanti grup dc nya pasti gak akan dipandang sebelah mata :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo. Thank you semangatnya. It is so much appreciated. :)

      Delete

Post a Comment

Popular Posts