[KF Challenge Day 1] Aku Mau yang Seperti Mitchie

Gambar diambil dari sini.

Sebut saja dia Mitchie.

Awal perjumpaanku dengan Mitchie nyaris tanpa kesan. Aku bahkan tidak menyadari kehadirannya selama beberapa hari pertama ketika aku baru pindah ke sekolah baruku. Dia bukan tipe cowok yang ketika kau berada di ruangan yang sama dengannya maka seketika kau akan langsung menyadari keberadaannya, bahkan jatuh ke dalam pesonanya pada detik pertama kalian bertatap mata. Tidak, karena secara fisik Mitchie tergolong cowok yang biasa-biasa saja.

Aku baru menyadari kehadirannya di kelas yang sama denganku ketika suatu pagi aku datang ke sekolah di saat semua orang masih dalam perjalanan, atau mungkin masih terbaring nyenyak di atas kasur. Hari itu aku datang agak kepagian lantaran supir keluargaku juga harus mengantar papa yang akan terbang untuk perjalanan dinas ke luar pulau. Saat itulah tatapan pertamaku dengan Mitchie. Detik itu juga aku menyadari kalau dia punya mata yang juga ikut tersenyum saat dia tersenyum. Mitchie pemilik senyum paling ramah yang pernah kukenal.

Semenjak itu kami sering berbincang dan hampir selalu bersama-sama, baik itu ke kantin, ataupun belajar bersama. Waktu itu aku belum sadar, atau mungkin tidak mau mengakuinya, kalau aku mulai melihatnya sebagai sosok yang lebih dari sekadar teman.

Jika diminta menyebutkan apa saja yang kusukai dari Mitchie, aku bisa sebutkan banyak. Misalnya, sikapnya yang sopan pada perempuan. Aku heran melihat bagaimana semua cowok-cowok di kelas selalu menggombali Nana, cewek cantik di kelas kami, sementara Mitchie memperlakukan semua anak perempuan sama baiknya. Sama sopannya. Sama pentingnya.

Aku juga suka mendengar Mitchie bercerita. Cerita tentang apa saja. Aku sering menanyakan beragam macam pertanyaan kepadanya hanya untuk mendengarnya bercerita, atau berbicara. Wawasan Mitchie begitu luas. Dan aku suka gayanya saat bercerita. Percaya diri tetapi tidak pamer. Mitchie mampu menyampaikan poin-poin ceritanya secara tegas, tetapi dengan sinar mata yang lembut di saat yang sama.

Dan aku menyukainya karena dia “melihat segalanya”. Kau tahu, seperti ketika aku ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu. Dia akan tahu. Juga ketika seluruh kelas tidak menyadari bahwa suasana hatiku sedang buruk (karena aku sering menutupi perasaanku), Mitchie akan tahu. Aku suka ketika dia menanyakan “ada apa?” padaku saat tak seorang pun di kelas melakukannya.

Well, bukannya dia sama sekali tidak memiliki kekurangan. Meski aku terlihat jatuh cinta setengah mati padanya, aku tetap sadar dia memiliki kekurangan. Dan itu menjadi poin lain kenapa aku menyukainya. Dia tidak minder karena kekurangannya (yea, Mitchie selalu nampak percaya diri), tetapi menampilkan banyak kelebihannya yang lain, menutupi semua kelemahan yang dia miliki.

Pernah satu kali aku marah padanya. Kami bertengkar karena dia terbawa rasa kesal dan bicara dengan nada yang seolah menyalahkanku atas segalanya. Aku tidak bicara padanya selama berhari-hari, meski sebetulnya aku sudah memaafkannya di hari itu juga. Nampaknya rasa gengsi jauh lebih menguasaiku. Namun tentu saja, mana bisa aku marah lama-lama begini? Ini kan Mitchie, cowok yang kutaksir entah sejak kapan (yang jelas sudah lama sekali). Kami lalu berbaikan dan berjanji untuk tidak mendiamkan satu sama lain lagi.

Tahun-tahun pun berlalu. Sebentar lagi Mitchie akan menikah. Dengan perempuan baik yang amat mencintainya.

Dan aku sudah tidak mencintainya lagi. Tapi dia akan selalu jadi cowok yang menarik buatku.

Jika diminta menjelaskan seperti apa kekasih idamanku, akan kujawab, aku mau yang seperti Mitchie. :)


Comments

Popular Posts