28 Oktober 2016

Gambar diambil dari sini.

Hidup memang tidak pernah bisa ditebak. Hari ini dipertemukan dengan siapa. Esok hari berada di mana. Apa yang akan terjadi kepada kita di kemudian hari.

Di satu waktu kita bisa merencanakan sesuatu hal. Tapi hanya rancangan Tuhanlah yang akan terlaksana.


Tanggal 28 Oktober 2016.
Tidak pernah terbersit dalam pemikiran saya, bahwa tanggal tersebut akan menjadi hari terakhir saya di kantor. Rasanya baru beberapa bulan sebelumnya saya kalut memikirkan betapa hari-hari ke depan akan menekan saya. Tetapi Tuhan punya kejutan lain untuk jalan hidup saya.

Waktu pertama kali saya masuk, saya cukup yakin hampir semua orang punya kesan pertama yang sama terhadap saya. Saya pendiam. Terlalu diam sampai-sampai semua orang berpikir saya dingin dan sangat serius.

Tapi yang sebenarnya, saya hanya perlu waktu untuk menemukan ritme pertemanan dengan mereka. Perlu waktu untuk mengamati tingkah polah mereka. Perlu waktu untuk memahami lontaran lelucon mereka. Juga perlu waktu untuk mengumpulkan keberanian menimpalinya.

Yes, it took time. But once I did, mereka yang terdekat dengan saya pasti sadar bahwa saya kian menunjukkan sisi saya yang lain. Yang lebih tidak dingin, tentunya.

Harus saya akui, saya tipe orang yang agak sulit berteman. Sulit menemukan orang yang dapat membuat saya nyaman untuk berteman.

Tapi ketika saya sudah menemukannya, saya akan sangat menghargai pertemanan itu.

Saya orang yang sulit berteman. Tetapi di sini saya mendapatkan banyak. Beberapa di antaranya menjadi sahabat. Beberapa di antaranya lagi menjadi teman dekat.

Tempat ini, kantor ini, bagi saya lebih dari sekadar tempat bekerja. I found my family here.

Jadi itulah kenapa, saat tiba gilirannya untuk saya yang berpamitan dengan rekan-rekan di kantor, saya menangis. Tanpa bisa dikendalikan. Menangis sejadi-jadinya.

Alasannya sederhana saja. Karena saya tahu mereka tidak akan pernah bisa saya temukan lagi di tempat lain. Karena bagi saya keakraban yang saya temukan di sini tidak akan pernah tergantikan.

Dan, well, karena perpisahan memang tidak pernah menyenangkan.
Tapi saya tidak menyesal bertemu dengan mereka, meski sekali.

Perasaan hangat karena diterima dan didukung seperti keluarga ini yang memunculkan rasa tidak rela saat harus berpisah.

Perasaan yang sama yang membuat saya masih memandangi foto-foto selama di kantor beberapa hari terakhir.

Ini juga perasaan yang sama yang membuat saya, saking kangennya dengan kantor dan dengan suasana malam Sudirman, akhirnya memutuskan untuk pulang lewat stasiun Sudirman di hari kedua saya bekerja di tempat baru.

Cause when it comes to feelings, I tend to do random things. Tend to do things that my heart asks me to. 

Perasaan ini juga yang akan membuat saya akan selalu mengingat kantor dan teman-teman.

Kini rekan-rekan di kantor telah menjadi sejarah masa lalu. Mereka kini adalah bagian dari hidup saya yang akan saya ceritakan kelak.

Lima, sepuluh, bahkan lima puluh tahun ke depan.

Sepanjang usia yang akan Tuhan percayakan pada saya.


28 Oktober 2016.
Malam itu saya pulang membawa kenangan.




Tangerang, 3 November 2016




Comments

Popular Posts