Turning 23 : Memories of 22

Gambar diambil dari sini.

Ingatanku masih cukup segar untuk mengingat-ingat, kembali ke masa satu tahun yang lalu, di mana aku masih berkutat dengan skripsi demi menyandang gelar berupa tambahan lima karakter di belakang nama. Tanggal 1 Agustus 2015. Jantungku berdebar menanti jadwal sidang tiba. Satu tahun lalu, di mana segalanya dalam hidupku sangat berbeda dengan hidup yang kujalani saat ini.

Hari ini tepat 1 Agustus 2016. Jika kukembalikan ingatanku ke masa 12 bulan terakhir, aku cukup senang karena banyak hal telah terjadi, baik yang baik, maupun yang kurang menyenangkan. Semua kejadian dan kenangan menjadikanku diriku yang sekarang. Aku puas melihat pembelajaran baru nan menarik yang kudapatkan.

Hal terbesar pertama yang kupelajari dalam kurun waktu setahun terakhir ini adalah mencari uang sendiri. Saat ini aku sedang menjalani pekerjaan pertamaku di sebuah perusahaan swasta. Aku senang karena pada akhirnya aku tidak perlu menahan diri terlalu ketat ketika menginginkan sesuatu. Karena aku praktis sudah tidak mendapat uang jajan lagi dari orangtua selain makan dan tempat bernaung, aku sudah membiayai segala keperluanku sendiri. Di sinilah aku juga belajar untuk mengelola keuanganku, yang terbukti sangat payah lantaran aku memang boros dan mudah terkecoh oleh barang-barang menarik tapi mahalnya minta ampun. Meski pada akhirnya tetap kubeli juga sih.

Kurasa di usia yang baru, inilah hal pertama yang harus kulakukan : belajar mengelola keuanganku sendiri dengan baik. Meski aku tidak mengerti, kenapa aku tetap saja boros meski sudah mencatat segala pengeluaranku setiap bulannya. Ajaibnya, kalau kuperhatikan dari bulan ke bulan, pengeluaranku semakin bertambah besar saja! Ini benar-benar gawat. Belum lagi pemikiran-pemikiran untuk jalan-jalan ke luar negeri yang sering sekali berseliweran di benakku akhir-akhir ini. (It’s all thanks to semua iklan-iklan dari website tour and travel serta maskapai online yang sering banget nyelip di antara semua browsing-an harian dengan menawarkan tiket-tiket murah setiap harinya.) Yah, tapi pihak tour and travel itu tidak bisa disalahkan juga sih, namanya juga cari duit. Intinya adalah, aku yang harus belajar menahan diri.

Tidak cuma soal materi atau uang saja. Aku juga merasa sudah menambah beberapa words of wisdom untuk diriku sendiri. Kalau soal ini agak tidak berkaitan dengan kerasnya kehidupan. Memang semenjak bekerja, aku jadi punya waktu luang lebih banyak untuk sekadar membaca artikel-artikel dari Psychology Today atau Mind Body Green. Juga dari buku-buku novel yang kubaca. Sekarang aku bisa bilang kalau aku sudah jadi lumayan bertambah bijak. Meski cuma sedikit.

Tapi harus kuakui, dunia kerja memang memberiku berbagai macam pengalaman dan pembelajaran yang tak pernah diajarkan di bangku kuliah. Khususnya dari orang-orang yang kutemui dari lingkungan kantor. Ada banyak orang-orang menyenangkan dan menarik yang kutemukan di lingkungan kantor yang memberikan banyak impact positif untuk diriku. Meski ada banyak orang-orang berkepribadian menarik di kantor (bahkan aku nyaris merasa hampir semua orang memiliki keunikannya masing-masing), aku sudah mensortir dan mengambil top three yang kuanggap paling inspiratif dari semua orang-orang unik tersebut yang akan kujabarkan sedikit di bawah ini.

 Ada satu cewek yang sudah kukenal sejak bangku kuliah, tapi baru benar-benar kenal dan banyak berinteraksi langsung saat masuk kantor ini sama-sama. Yang membuatku berpikir bahwa cewek ini menarik adalah kepribadiannya. Dia punya sense of humor yang cerdas. Dan pada dasarnya dia memang cerdas. Dan mudah akrab dengan siapa saja. Cerdas dan lucu. Tipe kepribadian yang bisa dengan cepat disukai semua orang. Tapi tidak banyak yang tahu, dibalik keceriaannya yang over dosis itu, sebetulnya dia menanggung beban hidup yang menurutku cukup berat. Aku tidak habis pikir bagaimana dia bisa bersikap seperti hidupnya ringan dan baik-baik saja. Tapi kurasa itu memang kelebihan cewek ini : tegar dan tabah. Dan aku takkan berhenti mendoakan kebahagiaan yang memang layak ia dapatkan.

Ada lagi satu cowok yang terlihat ramah tapi sebenarnya galak dan punya prinsip kuat dan tidak bisa diganggu gugat. Aku menganggapnya menarik karena dia satu-satunya cowok yang menurutku paling lempeng di antara cowok-cowok lainnya. Dia sopan. Aku tidak pernah mendengarnya menyumpah dengan kata kasar, meski orang-orang di sekelilingnya begitu sering mengeluarkan sumpah serapah yang beragam macam. Dia tidak seperti cowok-cowok lain yang bisa bersikap norak dengan mencari tahu dengan antusias setiap kali ada tamu cantik yang datang ke kantor. Intinya, dia berbeda dari yang lain dan itu menarik. Dari cowok ini juga aku belajar untuk asertif, untuk memperjuangkan apa yang menjadi hakku dan bukannya pasrah menerima. Dia salah satu teman yang baik.

Tidak ketinggalan satu cewek yang, kalau ada satu kata untuk menggambarkannya, aku akan menyebutnya nyentrik. Atau unik. Atau aneh. Tapi dia aneh dalam artian yang baik. Kadang aku menyebutnya one in a million. Yang membuatnya menarik adalah caranya memandang dunia, kehidupan, dan orang-orang di sekelilingnya. Pemikirannya selalu bersifat ajaib dan berbeda dengan orang-orang kebanyakan. Dan dia seorang introvert aneh yang punya banyak teman. XD Yea, kurasa aku kagum sekaligus iri padanya di saat yang sama.

Orang-orang yang menarik ini punya satu kesamaan : mereka pintar dan rendah hati. Aku menghabiskan hampir seluruh hidupku untuk menjadi orang yang rendah hati. Betapa aku ingin bisa jadi seperti mereka karena aku anak yang tidak rendah hati – rendah hati amat. Tapi aku tetap berusaha untuk itu kok. Dan aku tahu pelajaran rendah hati membutuhkan proses yang lama dan panjang yang belum akan usai di sini. Aku percaya aku akan terus diasah hingga menuju tahun-tahun kehidupanku selanjutnya.

Selain manusia-manusia baik dan inspiratif yang kusebutkan di atas, ada juga oknum-oknum yang menyebalkan yang membuatku meradang karena harus mengalami bad days di kantor. Mereka disebut sebagai “atasan”. Yea, setiap kisah pasti ada tokoh antagonisnya. Dan dalam kisah ini, tentu saja aku, sebagai bawahan adalah tokoh protagonis tertindas dan merekalah tokoh antagonisnya. Hari-hariku tidak bisa selalu kubilang baik. Ada hari-hari di mana aku ingin sekali merancang metode pembunuhan paling sadis untuk mereka, mengebom rumahnya, meneror atau apalah yang bisa membuat hidup mereka tertekan. Tapi sayangnya aku cuma cewek sadis cupu dan amatiran yang hanya bisa melakukan penyiksaan-penyiksaan kejam dalam imajinasiku saja. Payah banget kan?

Tapi setelah dipikir-pikir, kurasa ini salah satu cara Tuhan yang lumayan keras untuk menjadikanku pribadi yang kuat. Heeei, jadi kuat bukan berarti selalu berhasil membalas. Dan mengalah tidak selalu menandakan kelemahan. Dari mereka, aku belajar berdamai dengan kebencian. Aku belajar menerima keadaanku dan bersyukur. Dengan mengatakan ini tidak berarti aku sudah 100% menghilangkan rasa tidak suka atau bahkan jadi sayang sama mereka lho! Ha. Ha. Ha. Yang terakhir hampir-hampir mustahil. Aku masih manusia. Perjuanganku untuk berdamai dengan rasa sebal ini juga sifatnya fluktuatif dan membutuhkan proses. Tapi satu hal yang kupelajari, kalau kita tidak bisa memaafkan untuk mereka yang kita benci, setidaknya maafkanlah mereka demi kedamaian diri kita sendiri.

And last but not least, aku belajar untuk melepas sesuatu yang aku tahu tidak akan membuatku bahagia. Kuberi tahu ya, bicara sangat mudah, tapi praktiknya tidak semudah mengetikkan kalimatnya pada tulisan ini. Alih-alih mundur, menjauh dari segala sumber negatif yang sukses memengaruhi mood keseharianku, aku malah merasa terjebak dan tidak bisa lari (atau bisa jadi aku saja yang masokis dan sengaja menjebakkan diriku sendiri di sini). Sengaja ataupun tidak disengaja, ini juga menjadi pe-er di tahun kehidupanku yang baru ini untuk diselesaikan.

Sisanya adalah hari-hari menyenangkan yang kualami bersama teman-teman. Jalan-jalan ketika pekerjaan sudah hampir membuatku kepingin mengamuk. Tertawa-tawa di kantor bersama teman-teman di saat aku mengalami bad days (ini defense mechanism paling efektif : tertawa berlebihan di saat suasana hati sedang buruk). Mem-bully siapapun yang bisa ku-bully demi mendapat bahan tertawaan. Bernyanyi-nyanyi sepanjang hari meski suaraku fals dan tidak ada merdu-merdunya sama sekali demi mengganggu ketenangan orang-orang di sekitarku.

Kalau dipikir-pikir aku memang menyebalkan. Hahahahaha.

Berada di usia 22 menyenangkan. Tapi aku percaya usia 23 akan lebih menyenangkan lagi. :)



Jakarta, 1 Agustus 2016




Comments

Popular Posts