[Cerita Pendek] Anjingku Sayang, Anjingku Malang

Gambar diambil dari sini.

“Alex, kita kan sudah pernah membahas ini sebelumnya.” Lexie memindahkan telepon dari telinga kanan ke telinga kiri. Kurasa dia mulai capek mendengar ocehan pria di seberang sana.

Lexie melemparkan tatapan menenangkan ke arahku, yang langsung membuatku meleleh dan segala sakitku hilang seketika.

“Oke, Alex. Dengar. Akan kupastikan bahwa ini terakhir kalinya kau mendengarkan suaraku kalau kau tidak juga menghentikan ocehanmu itu. Kau paham??” Lexie tidak repot-repot menunggu jawaban Alex usai menyampaikan ultimatum mengerikan itu. Dengan satu gerakan ia mengempaskan diri di atas kasur, lantas memejamkan mata.

Aku mendengarnya menghela napas keras. Kuberi tahu ya, aku paling tidak nyaman dengan yang namanya pertengkaran. Apalagi kalau aku terlibat dan menjadi alasan pertengkaran tersebut. Aku mendekat ke arah kaki Lexie yang menjuntai di tepi ranjang dan menjilati ujung-ujung jarinya. Seperti sebelum-sebelumnya, cara itu selalu ampuh untuk memberitahu bahwa aku ingin dielus. Lexie menarikku ke atas kasur, lalu mulai mengelus bulu-bulu putihku yang halus.

“Kau tahu aku menyayangimu, kan?” Lexie kini menyentuh hidungku yang basah. Aku menjilati jarinya sebagai jawaban.

Ya. Jelas aku menyayangi Lexie. Aku tidak pernah tahu siapa ibuku. Tapi Lexie sudah seperti ibu bagiku. Kurasa aku takkan bisa membagi Lexie dengan orang lain.

“Alex tidak pernah bisa memahami rasa sayangku padamu. Anjing malang. Tapi jangan khawatir. Aku selalu bersamamu.”

Lexie tersenyum. Meski aku tidak bisa menarik kedua ujung bibirku seperti Lexie, aku bisa tersenyum melalui mataku. Lexie lalu mengelus puncak kepalaku, dan membuatku merasa nyaman hingga mengantuk.

Ketika terbangun, aku mendengar suara bising di bawah. Aku menuruni tangga dan menemukan Alex di sana. Duduk di kursi dapur menyaksikan Lexie memasak sambil berbincang. Rupanya mereka sudah baikan.

Aku mengendap ke arah kamar mandi, sementara Lexie tidak memerhatikanku. Sekilas aku melirik, Lexie menatap Alex penuh makna. Lexie mencintai Alex.

Begitu aku kembali, aku memutuskan untuk ikut bergabung dengan Lexie di dapur. Aku harus memastikan Lexie tidak keluar dari area ini.

Dering telepon Alex berbunyi. Ia melangkah turun dari kursinya dan melangkah ke arah ruang TV setelah meminta izin Lexie.

Beberapa detik kemudian, rumah ini seperti dihantam palu. Bunyi itu membuat Lexie terlonjak, lalu pekikannya membelah langit ketika melihat Alex tergeletak tak berdaya di lantai tak jauh dari kursi tempatnya duduk. Laki-laki itu melotot. Ia seperti ingin bicara tapi tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya.

Lexie menelepon bantuan dan tak lebih dari 15 menit, ambulans datang membawa Alex ke rumah sakit terdekat. Kali ini Lexie meninggalkanku di rumah sendirian.

Setelah membereskan kekacauan yang kubuat, aku melangkah ke tempat tidurku yang nyaman. Menanti Lexie pulang untuk bermain bersama.

Dan ya, Lexie tidak perlu tahu bahwa akulah yang meletakkan sabun batangan di dekat kursi Alex.


P.S. :
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti #TantanganMinggu dari @kampusfiksi 

Comments

Post a Comment

Popular Posts