[Flash Fiction] Kado Kodok

“Gue mau kado ultah ke-enambelas gue nggak terlupakan, oke?” Kukatakan itu pada satu-satunya cowok yang begitu kukagumi.

“Oke. Gampang. Gue kasih kodok ya?”

Aku terdiam. Asal tahu saja, kodok adalah binatang paling menjijikkan buatku, tapi entah roh mana yang merasukinya hingga memutuskan untuk memberiku kodok sebagai hadiah ulang tahun. Tapi akhirnya aku mengiyakan kado itu, meski dengan terpaksa.

Biarpun sudah mendapatkan kadonya sejak kemarin, aku memutuskan untuk menyimpannya dulu sampai keberanianku terkumpul untuk membukanya. Sayangnya, keputusan yang blo’on itu membuatnya mengamuk hebat.

“Kenapa kadonya belom dibuka??? Kalo kodoknya mati gimana???!!”

“Hmm, maaf. Gue... takut.”

Aku tahu itu alasan yang konyol banget. Tapi kurasa di situasi seperti ini, lebih baik jujur ketimbang membuatnya tambah mengamuk. Ada jeda singkat yang terasa seperti selamanya di ujung teleponku, hingga akhirnya dia berkata dengan nada terdingin yang pernah kudengar dari mulutnya, “Yaudahlah.”

Dan telepon dimatikan.

Malam itu si kodok yang tadinya bukan apa-apa mendadak terangkat status dan derajatnya menjadi apa-apa yang begitu penting buatku. Piaraanku saja tidak pernah begini kupikirkannya! Bagaimana kalau begitu kubuka dia sudah tidak bernyawa di dalam pembungkusnya? Lebih buruk lagi, bagaimana kalau dia masih teronggok megap-megap sambil memelototkan matanya yang besarnya tidak kira-kira itu? Aku bergidik jijik.

Aku menempelkan telingaku ke atasnya dengan hati-hati, tapi tak ada suara apa pun. Kodok kan harusnya melompat-lompat. Raut wajahku semakin cemas. Belum pernah aku merasakan ketegangan seperti ini.

Apa kubuka saja ya? Siapa tahu kodoknya masih sekarat, dan ketika kotaknya dibuka dia bisa mendapat oksigen dan tetap hidup. Tapi... arghhhhhh! Perutku langsung terasa mual membayangkan isinya.

Semenit berlalu. Dua menit. Lima. Sepuluh. Setelah mendesah untuk entah yang keberapa kalinya malam itu, kubuka kertas pembungkusnya perlahan, tapi aku benar-benar paranoid!! Bayangan kodok mati di otakku seperti nampak nyata!

Aku menarik napas dan memberanikan diri mengintip ke dalam. Dan isinya adalahh...

Sekotak coklat Ferrero Rocher! Wahh!

Seluruh otot tubuhku langsung berubah menjadi jeli saking lemasnya akibat kelegaan luar biasa. Aku mau menjerit, menangis, tetapi juga tertawa di saat bersamaan.


Tersenyum, samar-samar aku menggumam, “Gue benci sama lo, Rio.”*


*Flash fiction ini ditulis untuk mengikuti tantangan menulis #FiksibuatPacarku dari Kampus Fiksi.

P.S. : 
1. Rio (bukan nama sebenarnya, tentu saja) adalah seorang teman yang dulu pernah menyandang status lebih dari teman *halah. Ini memang kisah nyata dan benar adanya di hari ulang tahunku yang ke-16. Uuww, sweet sixteen, :D

2. Dan sebenarnya tulisan ini sudah ada di berkas menulis pribadiku sejak beberapa tahun lalu. Paaaas banget ada event ini, aku pun mengedit-edit naskahnya dengan susah payah, memotong beberapa adegan, menyortir beberapa dialog, memoles dengan bumbu-bumbu kalimat yang tidak sebenarnya terjadi, dan voila!! Jadi deh.

3. Just in case there are people out there wondering, dengan diposting-nya tulisan ini tidak lantas berarti masih ada perasaan yang sama pada saya. Ataupun si Rio. Kami murni berteman. :)

4. Fyi, manusia bernama Rio ini memang aslinya jail dan usil banget parah. Benar-benar sesuai dengan kisah di atas. Tapi sebenernya di balik segala keusilannya itu dia orang yang, well, cukup sweet. :D


Comments

  1. Halo, Refil.
    Nggak nyangka ketemu kamu pas lagi utak-atik favorite akun @KampusFiksi.
    Flash fictionnya bagus. Based on true story lagi, tapi gayanya masih santai banget. Tapi di tengah gaya yang santai itu ada kalimat-kalimat baku yang aku pikir jadi campur gitu.
    Eh, maaf ya masukannya gak mutu ih. >.<
    Hehehe. Ayo nulis lagi Refil. :D

    ReplyDelete
  2. Malaa..!! Iyaaa terkesan nyampur ya antara bahasa baku dan nggak? Soalnya gaya tulisanku dipengaruhin sama kedua penulis favorit, yang satu tulisannya santai, yang satu baku abis, wkwk. Aduh makasih dibilang bagus, padahal kata mimin @kampusfiksi ini masih "gak menarik", dan aku sebenernya setuju sama dia sih, hoho. Thanks komennya, sangat mutu dan mendongkrak semangat. Kamu juga banyak nulis lagi dong, aku juga suka stalkingin blog-mu :p

    ReplyDelete
  3. Tak banyak mengerti tentang teknik menulis :D, but susunan kalimat, rangkaian alur naik sampai klimaks cukup dapat, my opinion as programmer coba ganti theme blog yang lebih colorful but keep elegant :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts