Hal yang Aku Pelajari Sebelum Memulai Usia 27 : Tips Menabung Konsisten

Gambar diambil dari sini.

Hello, everyone. I am officially at that age when I need to spend some more cash for anti-aging skincare, LOL. I'm kidding. It's just me, hehe.

Apa kabar semuanya? Lama banget nggak ngobrol di sini. Kalau mau jujur, aku sudah menyiapkan beberapa tulisan. Aku benar-benar sudah punya beberapa ide untuk ditulis, tapi nggak kelar. Ketika aku mau melanjutkannya, tiba-tiba idenya sudah lenyap. Lalu kuganti lagi dengan bahan tulisan yang lain yang kurasa lebih berfaedah, tapi tetap nggak kelar juga. Begitu terus hingga 2-3 kali. Itulah sebabnya kalian nggak melihat update apa pun di bulan Juli. :)

Ini bukan pembelaan diri, ya. Aku hanya menjelaskan. Kalau kalian masih tetap mau bete padaku, silakan saja. Aku memang salah.

Tapi.... Berhubung aku baru saja berulang tahun di tanggal 1 kemarin, kalian wajib memaafkanku, oke? Itu sebuah priviledge di hari ulang tahun, wkwkwk.

Nah, seperti biasa aku akan share sesuatu yang bermakna selama 1 tahun terakhir dari kehidupanku. Sebenarnya aku mau share beberapa hal. Tapi karena cukup panjang, aku akan share satu hal saja untuk setiap postingan. Aku akan share pembelajaran lainnya pada postingan selanjutnya, hehe. Oh ya, tapi mungkin pengalaman yang aku ceritakan belum tentu akan works for everyone, jadi belum tentu works for you juga. Kalau kondisinya seperti itu, ya anggap saja aku sedang curhat biasa kepada kalian (bukan memberikan nasehat). Oke?

Jadi, hal pertama yang aku pelajari dan mau aku share di sini adalah kita akan bisa berjalan lancar saat kita telah memulai langkah pertama. Aku sedang bicara soal kemampuan pengelolaan finansialku yang sangat rendah. Kalau kalian perhatikan, setiap tahun pasti ada saja ceritaku tentang money management yang buruk, wkwkwk. Meski sudah bekerja selama 5 tahun, tabunganku belum pernah menyentuh angka 3 digit (ratusan juta maksudnya). Bahkan setengahnya saja belum pernah. Ketika aku melakukan refleksi terhadap apa saja yang kulakukan dengan uang-uang itu selama ini, hasilnya tidak pernah kelihatan. Soalnya, aku lebih sering menghabiskannya untuk makanan. Dan makanan cepat hilang dalam waktu singkat. Tau-tau aku tidak pernah menabung untuk hari tua yang jauh lebih penting.

Kuakui aku memang sedikit malu dengan kemampuan finansial dan jumlah tabunganku yang begitu rendah, padahal aku sangat sering mengkampanyekan betapa pentingnya pengelolaan finansial kepada orang-orang di sekelilingku. Bahkan aku juga sempat membuat postingan terkait pengelolaan finansial beberapa waktu lalu! Tapi ya sudah lah, meski kesannya aku ini munafik banget karena hanya berkoar-koar tentang pentingnya pengelolaan finansial tanpa mempraktikkannya, setidaknya sekarang aku sudah mulai bertobat.

Ya, aku mulai menabung dengan nominal dan frekuensi yang konsisten tiap bulannya! Hebat, kan? Jumlah yang kutabung adalah jumlah yang tidak pernah aku bayangkan akan bisa kutabung sebelumnya. Bisa sekitar 60-70% dari upah bulananku loh (boleh dikira-kira sendiri saja ya. UMR saja sudah 4,2 juta Rupiah)! Jadi, bagaimana caraku melakukannya? Singkat cerita, aku memaksakan diriku untuk melakukan langkah pertama.

Sejujurnya aku tidak melakukannya secara terencana, karena seperti yang kalian tahu, aku ini adalah anak yang rada-rada "go-with-the-flow". Kalau tidak penting-penting amat, aku ogah sekali membuat rencana yang begitu spesifik dan detil. Jadi ceritanya, karena bujuk rayu anggota keluarga, aku memutuskan untuk membeli sebuah ponsel termahal yang pernah aku miliki. Harganya? Tiga kalinya 60-70% dari upah bulananku. Ya, aku tahu memang aku ini rada aneh. Di saat orang-orang memilih untuk mencicil selama mungkin (12 bulan atau lebih), aku justru memilih untuk mencicilnya selama 3 bulan saja.

Masalahnya adalah, aku tidak suka berhutang. Bikin kepalaku sakit saja. Jadi cepat-cepatlah kulunasi semua hutangku yang mengerikan itu. Tapi dampak positifnya, aku jadi sadar bahwa aku ternyata bisa kok menabung sejumlah itu kalau memaksakan diri dengan baik. Ini semua hanya soal kebiasaan saja. Sejak saat itu, aku mulai konsisten menyumbangkan 60-70% upah bulananku ke dalam deposito berjangka. Tujuannya tentu saja supaya aku tidak mengambil-ambilnya lagi ketika tergoda untuk membeli sesuatu yang kurang bermanfaat. Dan aku juga dipaksa untuk hidup se-frugal mungkin dan mencukupkan diri dengan sisa uang yang aku miliki.

Oke, mungkin tidak semua orang bisa menyisihkan 60-70% upah bulanannya untuk ditabung. Nggak masalah kok. Aku mampu menyisihkan segitu karena kebetulan aku masih tinggal bersama keluarga, jadi tanggungan hidupku sudah jauh lebih ringan. Dan thanks to Covid-19, selama pandemi aku tidak jajan-jajan nggak jelas dan benar-benar bisa menyisihkan uangku untuk ditabung.

Kalian mau tau satu hal lagi? Kalian juga bisa melakukannya! Bukan soal berapa banyak nominal yang bisa kamu tabung, tapi soal seberapa konsisten dirimu untuk menyimpannya di rekening. Percayalah, ada perasaan happy tersendiri melihat pertambahan tabungan plus bunga depositonya tiap bulan di rekening. Rasanya semua kesengsaraan yang aku lewati karena berhemat jadi terbayarkan melihat jumlah tabungan itu.

Jadi, jangan banyak menunggu. Mulai tabung uang-mu pada detik pertama kamu menerima gaji. Langsung transfer ke deposito atau rekening-mu yang lain, atau rekening orang lain yang kamu rasa aman dan bisa menyimpan uangmu dengan baik.

Semangat, ya! Segitu dulu petuah yang mau aku sampaikan. Dan sampai jumpa di postinganku tentang pelajaran hidup lainnya.

Comments

Popular Posts