[KF Challenge Day 5] Fave Movies

Oke. Ini hari kelima #10DaysKF dan masih tersisa lima hari lagi untuk membuat lima tulisan lainnya. Gawatnya, aku sudah mulai lelah. Lelah karena tidak terbiasa menulis setiap hari berturut-turut. Aku heran bagaimana ada orang yang bisa memenuhi challenge menulis selama satu bulan penuh. Kadang challenge-nya mewajibkkan tulisan hariannya berupa cerita fiksi. Padahal sebetulnya challenge yang ini hanya menuliskan tentang diri kita saja, dan tidak diwajibkan untuk mengarang juga. Bisa jadi ini adalah challenge yang cukup cemen dibandingkan challenge lainnya. Tapi kalau challenge yang ringan begini saja aku sudah kelelahan, bagaimana dengan yang lebih berat nantinya? Begini saja sudah membuat energiku terkuras dari hari ke hari.

Tapi ini komitmen. Ini latihan untuk membiasakan diri rajin menulis. Aku teringat masa-masa di mana aku menjalani latihan fisik terus menerus selama beberapa hari berturut-turut. Setiap harinya aku makin kelelahan. Gerakan-gerakanku menjadi semakin lemah. Belum juga energi yang hilang akibat latihan fisik sebelumnya kembali, sekarang sudah harus dikuras lagi di hari selanjutnya. Kukira aku sudah tidak akan bernyawa lagi di hari terakhir latihan fisik itu berlangsung sebelum akhirnya aku bisa memasuki rest day. Namun sisi positifnya, setelah beberapa waktu tubuhku menjadi lebih segar. Memasuki masa pemulihan dari latihan fisik, aku jadi semakin energik. Ternyata semua itu hanya masalah pembiasaan diri.

Sama seperti tulisan demi tulisan yang kuposting di blog demi mengikuti tantangan ini. Meski sekarang kelihatannya tulisanku makin tidak karuan, aku yakin sedikit banyak challenge ini akan memiliki dampak positifnya sendiri untukku.

Nah, kembali ke tema tulisan hari ini, aku diminta menyebutkan tiga film yang paling berkesan seumur hidupku. Berhubung aku sudah menonton banyak sekali film seumur hidupku, aku yakin tiga bukan angka yang cukup untuk membuat list ini. Tapi kalau harus me-rank top three film yang menurutku paling berkesan, mungkin aku bisa. Mungkin lho, ya. Karena ada kemungkinan ada film-film lain yang terlupakan olehku, tapi sebenarnya bisa dipertimbangkan untuk masuk ke top three. Tapi mari kita anggap saja begini. Jika film itu ternyata terlupakan olehku, mungkin memang film itu tidak cukup berkesan buatku. Benar kan ucapanku barusan? Hehe.

Lanjut ke topik film. Jadi, tiga film yang paling berkesan dan akan kuulas di sini adalah Flowers in the Attic, Imitation Game, dan Happily Ever After. Perlu kukatakan bahwa tulisan selanjutnya dari postingan ini akan memuat spoiler dari film-film tersebut karena aku akan memberikan rangkuman singkat mengenai cerita tiap film dari awal hingga akhir. Memang berdasarkan peraturan challenge, yang ditanyakan adalah alasan yang membuat berkesan. Sayangnya alasan yang akan kukemukakan nantinya tidak akan cukup kuat kalau tidak diceritakan. Itulah sebabnya aku akan membuat ringkasan singkat.

Mari kita mulai dari Flowers in the Attic.
Gambar diambil di sini.
Secara singkat film ini menceritakan tentang keluarga yang awalnya harmonis dan sejahtera yang mendadak menjadi sebuah dysfunctional family setelah kematian sang ayah. Rahasia demi rahasia mulai terungkap, seperti fakta bahwa ayah dan ibu dari keluarga tersebut ternyata memiliki hubungan paman dan kemenakan. Ketika sang ayah meninggal, sang ibu harus menghidupi keluarganya dengan cara kembali ke rumah keluarga lamanya dan memenangkan warisan dari ayahnya yang sedang sekarat. Ayahnya bersedia membagi warisan dengan satu syarat, bahwa sang ibu tidak memiliki anak dengan almarhum suami sekaligus pamannya tersebut. Dengan berat hati sang ibu terpaksa menyembunyikan keempat anaknya di loteng rumah tersebut. Selama dua tahun lebih mereka dikurung dan tidak pernah bertemu dengan orang lain. Tragedi di keluarga ini terulang kembali. Dua dari empat anak-anak tersebut saling jatuh cinta.

Film kedua adalah Imitation Game.
Gambar diambil di sini.
Ini cerita tentang Alan Turing, seorang ilmuwan yang dipekerjakan untuk memecahkan kode Nazi saat Perang Dunia Kedua berlangsung. Ironisnya, meski Alan telah berjasa besar dalam memecahkan kode tersebut dan membantu memenangkan PD II, hidupnya berakhir bunuh diri karena dipaksa meminum obat-obatan yang dianggap dapat menyembuhkannya dari orientasi seksualnya terhadap sesama jenis.

Film ketiga, Happily Ever After.
Gambar diambil di sini.

Buatku film ini tidaklah bercerita sebagaimana yang dikemukakan judulnya. Kisah ini menceritakan nasib percintaan kedua muda-mudi sejak SMA, yang saling menyukai tapi tidak pernah sungguh-sungguh mengungkapkannya sampai si murid laki-laki meninggal. Namun, arwahnya tetap ada dan menemui si murid perempuan yang kini sudah dewasa dan bekerja. Meski kini berada di dua dunia yang berbeda namun perasaan mereka tetap sama, sehingga mereka memutuskan untuk berpacaran. Ketika si perempuan akan memperkenalkan “kekasih” ini pada ayahnya, barulah dia mengetahui bahwa laki-laki itu sudah meninggal dan hanya dia yang bisa melihat arwahnya.

Oke. Itu tadi recap tiga film paling berkesan versiku. Ketiga film ini memiliki kesamaan, yakni sama-sama dark dan berakhir tragis. Dan itulah yang menjadi alasanku memilih ketiga film ini. Saat menontonnya, aku akan melihat bahwa seberapa pun sulitnya kehidupan yang kujalani, masih ada kehidupan yang lebih pahit lagi dari ini. Dengan hal itulah aku bisa mensyukuri apa yang kumiliki saat ini. Lebih jauh lagi, film ini cukup merepresentasikan realita. Bahwa apa yang kita ingini memang tidak akan selalu bisa kita dapatkan. Kehidupan yang happily ever after itu memang tidak nyata, akan selalu ada masalah yang kita hadapi setiap harinya. Tapi kita bisa terus bersyukur karena apa pun yang sudah diberikan di hidup ini, semua itu adalah pemberian Tuhan yang terbaik.

Comments

Popular Posts