[Flash Fiction] Dan Aku Menyukainya
Entah sejak kapan aku selalu merasa
senang setiap kali melihat senyum itu. Senyum yang ditujukan hanya untukku.
Sebelumnya aku tidak pernah
menyadarinya, kalau senyum itu ternyata cukup memesona.
Tadinya aku tidak
mengakui fakta itu. Atau aku hanya tidak mau mengakuinya? Entahlah.
Dulu aku begitu menganggapnya rendah.
Aku akan tertawa mengejek apabila ada orang lain yang memuji senyum dan mata
orang itu. Kesombonganku menutupi segalanya. Tapi sekarang?
Kenapa baru-baru ini saja aku menyadari
betapa aku bahagia setiap kali melihat senyum itu terarah padaku? Betapa aku
merindukan senyum itu setiap kali melihat si pemilik senyum mempesona itu?
Dan matanya. Demi Tuhan! Imajinasiku
sudah kelewat batas. Tadi senyumnya, sekarang matanya. Ada apa dengan mata
orang itu? Matanya indah? Ah, tidak! Mata yang juga ikut tersenyum ketika
bibirnya tersenyum. Pandangan yang seolah mengagumi siapa pun yang ditatapnya
dengan senyum memesona itu.
Haruskah aku menyerah? Benakku kembali memutar ingatan di masa lalu, saat aku bilang takkan jatuh cinta pada
laki-laki itu.
“Aku takkan menyerah. Karena aku sadar betul perasaanku tidak salah.” Lelaki itu menatapku dengan tatapan
membius. Senyumku mengejek setiap kata
dari bibirnya.
“Mau bertaruh?” tawarku saat itu. Ia
mengangkat sebelah alisnya. Tindakan lain yang dulu seringkali membuatku geli,
tetapi kini berhasil membekukanku untuk menatap hanya padanya.
Dan aku menyukainya.
Comments
Post a Comment